Akhirnya Nakatsu Eiji yang merupakan seorang insinyur JR West dan anggota dari Wild Bird Society of Japan mencari solusi untuk kebisingan yang dihasilkan Shinkansen.
Nakatsu mendapatkan ilham untuk mengurangi polusi suara dari Shinkansen dari keanggotaannya sebagai pecinta burung liar.
Baca Juga: Pegawai Kedutaan Rusia dan Keluarganya ‘Mudik’ Pakai Kereta Dorong , Kabur dari Korea Utara
Kala itu ia melihat Burung Raja Udang atau dalam Bahasa Jepang disebut Kawasemi yang mampu masuk ke dalam air secara cepat dengan hanya membuat sedikit percikan air.
Karena itulah ujung Shinkansen dibuat seperti paruh burung raja udang untuk memecah gelombang atmosferik yang ikut masuk ke dalam terowongan bersama kereta agar tidak menjadi sonic boom pada mulut terowongan lainnya.
Lalu pantograph, atau alat yang menghubungkan kereta dengan kabel listrik di atasnya dibuat seperti sayap burung hantu yang bertujuan untuk mengurangi kebisingan.
Baca Juga: Arti Kombinasi Angka yang Ada di Bawah Nama Stasiun Kereta Api, Banyak yang Salah Mengartikan
Lalu batangan pantographnya dibuat terinspirasi dari penguin jenis Adelie yang ergonomis agar pergerakan kereta lebih cepat dan mulus dan yang paling penting tahan dari pengaruh angin.
Dengan pengaplikasian penyempurnaan terhadap Shinkansen tersebut, akhirnya mampu menghemat 15 persen energi yang digunakannya dan menjadi 15 persen lebih cepat.
Akhirnya terciptalah Shinkansen yang lebih cepat, dan tidak terlalu menimbulkan suara bising yang mengganggu.***