Ajaib, Sebatang Cabe di Food Estate Desa Lamuk Wonosobo Hasilkan 1 Kilogram, Total Panen 18 Ton

25 Oktober 2021, 21:31 WIB
Kelompok Tani Maju Rahayu Desa Lamuk Kecamatan Kalikajar panen cabai /Dinas Kominfo Wonosobo

KABAR WONOSOBO - Para petani anggota Kelompok Tani Maju Rahayu Desa Lamuk Kecamatan Kalikajar tengah merayakan sukacita panen cabe di lahan sawah yang diproyeksikan sebagai Food Estate Nasional.

Panen cabai kali ini menuai hasil gemilang dan bertepatan dengan digelarnya peringatan Hari Pangan sedunia Ke-41, Senin 25 Oktober 2021.

Pada kesempatan itu, sejumlah pejabat dari Kementerian Pertanian RI, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, BPPT Jateng, hingga Balai Karantina Tanaman Provinsi hadir langsung di Lamuk demi melihat proses panen cabe kualitas tinggi yang ditanam dengan sistem pertanian ramah lingkungan tersebut.

Baca Juga: Rencana Food Estate Bawa Harapan Majukan Pertanian Wonosobo, Kick Off di Kalikajar Lereng Sumbing

Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (Dispaperkan) Kabupaten Wonosobo, Dwiyama SB menyebut keberhasilan panen cabe tak lepas dari sejumlah faktor.

“Proyeksi Desa Lamuk sebagai lahan food estate nasional menunjukkan bahwa hal itu tapat sasaran, dengan keberhasilan panen cabe milik kelompok Tani Maju Rahayu ini,” tutur Dwiyama.

Di lahan seluas tak kurang dari 2 hektar tersebut, Dwiyama mengaku cabe yang dihasilkan mencapai hampir 18 ton.

Baca Juga: Seorang Pengusaha Wig Deklarasikan Diri Jadi Calon Ketua Umum Hipmi Wonosobo yang Baru

Perhitungan tersebut, menurut Dwiyama dihasilkan dari asumsi bahwa 1 batang pohon cabe mampu menghasilkan sekitar 9 Ons hingga 1 Kilogram Cabe rawit, sementara dalam 2 hektar lahan, ditanami 18.000 batang.

“Angka 9 Ons per batang merupakan angka perkiraan dan masih dapat dioptimalkan dengan skema atau sistem yang lebih bagus lagi, namun karena di sini sudah ditanam sebelum kick off Food Estate, maka bisa dikatakan hasil itu sudah sangat sesuai dengan target,” lanjutnya.

Para petani yang menjadi mitra binaan Dinas Paperkan Kabupaten Wonosobo diakui Dwiyama juga bergembira dengan adanya pendampingan pemerintah, bahkan nantinya mereka tak lagi khawatir dengan harga jual hasil panennya karena sudah disediakan off taker atau penjamin agar harga beli tidak berada di bawah harga produksi.

Baca Juga: Peringati Hari Santri Nasional 2021, Forum Pemuda Wonosobo Sebut Santri Harus Bisa Jadi Pengusaha

“Kelemahan sistem produksi pertanian selama ini, adalah ketika pascapanen para petani tidak mendapatkan hasil sesuai harapan karena ternyata harga jualnya jatuh, di bawah biaya produksi,” sebut Dwiyama.

Dengan adanya program pemerintah berupa food estate, ia menyebut hal itu kedepan akan ditangani oleh penjaminan dari offtaker selaku pembeli besar, sehingga petani tidak mengalami kerugian pascapanen.

Tanggapan positif para petani Desa Lamuk yang tergabung dalam kelompok Maju Rahayu disebut Dwiyama menjadi salah satu bukti bahwa food estate nasional dapat diterima.

Baca Juga: Selain China dan Korea Utara, 5 Negara Ini Juga Larang Warganya untuk Menggunakan WhatsApp

“Salah satu arahan dari Bapak Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo pada saat kick off belum lama ini adalah bagaimana kedepan muncul petani-petani milenial alias petani muda yang bersedia terjun ke sawah,” ungkapnya.

Hal itu terlihat di Lamuk, karena menurut Dwiyama Ketua Kelompok Tani Maju Rahayu adalah Duta Petani Milenial Kabupaten Wonosobo.

“Mas Andi, Ketua Maju Rahayu ini masih muda dan penuh semangat mengelola sawahnya, bahkan dengan adanya program food estate ini mereka semakin semangat karena Desa mereka yang notabene jauh dari pusat kota dan masuk kategori terpencil, semakin sering didatangi pejabat,” pungkas Dwiyama dengan bangga.***

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: Dinas Kominfo Wonosobo

Tags

Terkini

Terpopuler