Pemkab Wonosobo Kunjungi BPS Pusat, Masih Kabupaten Termiskin kedua se Jawa Tengah

21 September 2022, 19:09 WIB
Pemkab Wonosobo melakukan kunjungan ke BPS Pusat di Jakarta, pada Rabu, 21 September 2022. /Dinas Kominfo Wonosobo

KABAR WONOSOBO - Sebagai daerah yang masuk kategori miskin di Jawa Tengah, Bupati perwakilan Pemkab Wonosobo yang dipimpin bupati Wonosobo Afif Nurhidayat melakukan kunjungan ke BPS Pusat di Jakarta, pada Rabu, 21 September 2022.

Tujuan kunjungan tersebut diharapkan Wonosobo mendapatkan masukan intervensi penanganan makro dan mikro, yang dibarengi perbaikan data intervensi lewat Regsosek, serta dukungan Satu Data Desa yang saat ini sedang dikembangkan di Wonosobo.

Menurut Bupati, sudah banyak upaya dan strategi yang telah dilakukan oleh Pemkab Wonosobo untuk mengatasi kemiskinan, diantaranya dengan menggerakkan semua perangkat daerah untuk melakukan aksi penanggulangan kemiskinan, namun saat ini posisi angka kemiskinan belum bergeser signifakan.

“Melalui kunjungan ini, Pemkab Wonosobo ingin mengurai angka ini bersama dengan BPS Pusat, kami ingin belajar lebih jauh, agar upaya yang kami lakukan juga efektif menekan angka kemiskinan,” harapnya.

Baca Juga: Tembakau Garangan Tieng Wonosobo Butuh Branding untuk Jadi Warisan Budaya

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Wonosobo One Andang Wardoyo menambahkan, Wonosobo sudah melakukan strategi penanganan kemiskinan secara serius dan terukur melalui intervensi makro, atau pengendalian inflasi, menurunkan kesenjangan wilayah, pertumbuhan ekonomi eksklusif, perbaikan data terpadu, menurunkan pengangguran, kinerja TKPKD, perbaikan dan pendekatan layanan publik.

Selain itu, juga telah melakukan intervensi berbasis individu dan keluarga, melalui jaminan sosial, pemenuhan sarana dasar, Gerakan Mayo Sekolah, pencegahan stunting, perbaikan layanan administrasi kependudukan, listrik gratis, pelatihan keterampilan, subsidi bunga pinjaman, fasilitasi pengembangan PIRT, dan bantuan pangan.

“Mengingat angka kemiskinan di Wonosobo masih di kisaran 17,67% atau tertinggi kedua se-Jawa Tengah, kami telah menempuh beberapa upaya penanganan, melalui pengendalian inflasi, menurunkan kesenjangan wilayah, pertumbuhan ekonomi eksklusif, perbaikan data terpadu, menurunkan pengangguran, kinerja TKPKD, perbaikan dan pendekatan layanan publik, juga telah melakukan intervensi berbasis individu dan keluarga, melalui jaminan sosial, pemenuhan sarana dasar, Gerakan Mayo Sekolah, pencegahan stunting, perbaikan layanan administrasi kependuudkan, listrik gratis, pelatihan keterampilan, subsidi bunga pinjaman, fasilitasi pengembangan PIRT, dan bantuan pangan,” terang Andang.

Baca Juga: World Cleanup Day di Wonosobo Bersihkan Kali Bayi Kejajar, Ajak Warga Setop Buang Sampah di Sungai

Selain intervensi, Sekda juga menambahkan, beberapa inovasi telah diluncurkan OPD terkait guna menekan angka kemiskinan yang masih tinggi antara lain, Gerimis Mesra, Mayo Sekolah, Dahsat, Aplikasi Simake, dan Satu OPD Satu Desa Dampingan.

Menurut Andang, tantangan yang masih menjadi kendala di lapangan adalah, belum selesainya data sasaran intervensi antar kementerian dan tingkat kabupaten juga tidak sama. Selain itu, ukuran kemiskinan juga belum sesuai dengan karakteristik daerah, serta intervensi mikro masif yang sudah dilaksanakan ternyata tidak signifikan menurunkan angka kemiskinan.

"Wonosobo perlu memahami karakteristik kemiskinan. Apa sih ciri kemiskinan di Wonosobo,” ujarnya.

Wonosobo juga perlu mencari rumah tangga dengan karakteristik, data by name by address sebagai sasaran intervensi penanganan kemiskinan, dan data sosegrek dapat menjadi referensi data ini.

Baca Juga: 4 Desa di Wonosobo jadi Percontohan Terapkan Program Digitalisasi Buku Letter C Desa

Mengingat data sosegrek ini akan diklasifiasikan secara berjenjang dari keluarga miskin ekstrem hingga keluarga kaya.

Selain itu, Wonosobo nantinya dapat lebih memfokuskan sasaran penanganan kemiskinan pada klasifikasi tertentu, yaitu efektivitas program penanganan kemiskinan dengan merumuskan program yang betul-betul memiliki relevansi kuat terhadap angka kemiskinan. Juga memastikan input, proses dan output program penanganan kemiskinan dapat berjalan dengan lancar dan benar, tidak ada kebocoran dalam program penanganan kemiskinan.

“Menurut saya, mengukur angka kemiskinan melalui pendekatan konsumsi, perbaikan budaya konsumsi mutlak dilakukan, sebab daerah miskin tinggi, stuntingnya juga akan tinggi, sehingga intervensi penanganan kemiskinan dalam jangka pendek adalah intervensi pada konsumsi masyarakat, sementara intervensi fisik berupa bedah rumah tidak layak huni lebih efektif mengatasi kemiskinan jangka panjang,” ujarnya.

Jelas Deputi Bidang Statistik Sosial Ateng Hartono, jika Wonosobo ingin memberi stimulant atau bantuan kepada masyarakat miskin agar dapat memilih database basket komoditi dasar makanan dan non makanan dengan memilih yang kontribusinya paling besar. Juga perlunya dicermati 3 indikator utama kemiskinan, persentase penduduk miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan.

Baca Juga: Korban Bencana Alam Wonosobo terimaBantuan Rp 612 juta untuk Pembangunan dan Rehab Rumah

“Pendekatan yang perlu dilakukan adalah memberikan bantuan berdasar database Basket Komoditi yang memiliki kontribusi besar turunkan angka kemiskinan, usia kurang dari 15 tahun berilah bantuan pendidikan, usia 15 sampai 64 berilah lapangan pekerjaan dan usia 65 ke atas berilah bantuan komoditi dasar untuk lansia,” tandasnya.***

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: Dinas Kominfo Wonosobo

Tags

Terkini

Terpopuler