TBM Al Bidayah Sapuran Wonosobo: Dari Podium Bekas Tarkam Hingga Jadi Perpustakaan Berprestasi Nasional

26 Oktober 2022, 14:15 WIB
Salah satu sudut TBM Al Bidayah Sapuran, Wonosobo, perpustakaan desa mandiri yang berprestasi tingkat Nasional /Galih Nugroho/Kabar Wonosobo

KABAR WONOSOBO SCHOLAR - Minggu, 20 Maret 2022 pagi sekitar jam 09.30, saya berangkat ke Sapuran, tepatnya di Puntuksari RT 2 RW 1, Sapuran, Kec. Sapuran, Kabupaten Wonosobo.

Perjalanan menuju ke lokasi tersebut ditempuh sekitar 30 menit dari rumah saya.

Untuk bertemu dengan seorang pemilih dari Taman Baca Masyarakat (TBM) Al-Bidayah.

Saya sudah membuat janji dengannya sejak empat hari yang lalu untuk berbincang tentang bagaimana sejarah dan kontribusi TBM Al-Bidayah bagi masyarakat.

Baca Juga: Presiden Jokowi Diisukan Pakai Ijazah Palsu, Rektor: Ir Joko Widodo Benar Lulusan Fakultas Kehutanan UGM

Sesampainya di daerah Puntuksari saya agak bingung untuk mencari lokasinya, dikarenakan TBM ini letaknya masuk di gang.

Untung saja saya bertemu dengan dua anak kecil yang juga berniat untuk pergi ke sana, alhasil saya menuju tempat tersebut bersama mereka.

Sesampainya di TBM Al-Bidayah, saya agak heran karena yang saya lihat pertama kali adalah warung kelontong. 

Namun setelah saya masuk, ternyata warung itu bersebelahan dengan ruang baca.

Baca Juga: Kritik Ijazah UGM Presiden Jokowi, Dokter Tifa Dipastikan Bukan Lulusan STF Driyarkara

Di dalam ruang baca terdapat koleksi buku-buku, ada komputer, dan juga piala serta piagam penghargaan.

Saat sedang melihat koleksi buku dan penghargaan yang pernah diraih TBM tersebut, ada seseorang yang menghampiri saya.

Orang itu adalah Dimas Ari Pamungkas (40) yang biasa dipanggil Dimas, selaku pemilik dari TBM Al-Bidayah.

Ia mengajak saya untuk masuk ke ruang Sanofi (Sastra, novel, dan fiksi) yang memungkinkan untuk bisa berbincang, karena di ruang baca barusan sudah ramai oleh pengunjung, takutnya mengganggu.

Baca Juga: Workshop Menulis Kreatif SMKN 1 Sapuran Hadirkan Dosen Sastra Indonesia UGM dan Pendamping Perpustakaan

Di awal perbincangan tentu menarik untuk mengorek bagaimana sejarah dari TBM Al-Bidayah, mengajak Pak Dimas untuk kembali mengenang cikal bakal TBM ini.

Tanpa ragu Ia mulai bercerita tentang dulu saat TBM nya itu masih bertempat di musholla dan rak bukunya dari bekas podium kompetisi sepak bola tarkam.

“Dulu itu waktu awal saya lulus SMA bingung mau ngapain, alhasil karena saya punya beberapa koleksi buku, tahun 2004 saya bawa ke musholla. Saya taruh di rak yang saya minta dari bekas podium turnamen sepakbola. Dulu musholla jadi ramai anak-anak, bahkan bisa sampai malam, karena saya tidak hanya menyediakan buku tetapi juga beberapa permainan edukatif.” Ungkap lelaki yang pada waktu itu juga menjadi pengajar di Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) di musala tersebut.

Tiga tahun kemudian, Dimas mulai menambah koleksi bukunya, dengan meminta donasi buku ke orang-orang yang Ia kira mau dan memang punya perhatian pada literasi.

Baca Juga: Langka! 3 Jurusan Kuliah Ini Cuma Ada Satu di Indonesia dan Hanya Ada di UGM, ITB dan IPB

Di tahun 2007 itu, tempat baca yang dirintis Dimas mulai beroperasi bukan hanya bagi anak-anak musala saja, tetapi sudah menjangkau lebih luas, meskipun dibuka terbatas.

“Lantas, di tahun 2008 kami sudah menyandang label Al-Bidayah” Ungkap Dimas Ari.

Tiga tahun setelah julukan Al-Bidayah disandangkan, taman baca yang didirikan Dimas Ari Pamungkas itu mendapatkan penghargaan dari Perpustakaan Nasional dan meraih Juara 1 Perpustakaan desa se-Provinsi Jawa Tengah.

“Penghargaan awal itu menjadi penting untuk perpustakaan, karena disamping sebagai motivasi juga sebagai bentuk legitimasi, pihak luar baik pemerintah maupun swasta jadi tahu akan keberadaan TBM Al-Bidayah.” Tambahnya.

Baca Juga: Hasil Penelitian Mahasiswa UGM Tunjukkan Santet Awalnya Hal Positif

Eksistensi dari TBM dan koleksi buku yang terus bertambah membuat Dimas Ari mulai memindahkan TBM Al-Bidayah ke kediaman pribadinya pada tahun 2013.

“Pada tahun 2013 saya memutuskan untuk memindahkan ke rumah pribadi, agar berjalannya kedepan bisa lebih mandiri lagi.” ujar Dimas.

Perpindahan ke rumah pribadi itu seolah mendapatkan sambutan yang sangat mewah, dimana di tahun yang sama, TBM Al-Bidayah mendapatkan penghargaan dari Kemendikbud sebagai TBM Kreatif-Rekreatif.

“Tahun-tahun berikutnya, 2014 dan 2015 TBM kami terus mendapatkan penghargaan baik dalam cakupan regional provinsi maupun nasional,” ungkap Dimas sambil menunjuk beberapa piala di ruangan.

Baca Juga: HUT ke-32 Dinas Arpusda Wonosobo Kembangkan Perpustakaan Transformatif Berbasis Inklusi Sosial

“Lalu pada tahun 2016 kami menjalin kerjasama dengan Coca-cola Foundation, melalui program Perpuseru. Waktu itu terdapat 18 mitra perpustakaan desa dan alhamdulilah kami selalu menyabet gelar penghargaan setiap tahunnya sampai 2019. Lalu, lewat kerjasama ini juga TBM Al-Bidayah banyak mendapatkan bantuan, salah satunya kami bisa membuat ruang bioskop di atas.” Tambah Dimas sambil menunjuk ke lantai dua rumahnya setelah termenung sejenak.

Beranjak dari sejarah TBM Al-Bidayah, Dimas mulai bercerita tentang bagaimana taman baca yang Ia dirikan itu mampu memberikan warna terhadap masyarakat secara umum. Menurutnya perpustakaan yang hanya menyediakan buku saja tidak akan bertahan lama, bahkan susah untuk disukai orang.

“Literasi itu kan sebenarnya bukan hanya soal membaca buku, tetapi juga bagaimana mampu mengembangkan kemampuan.” jelasnya.

Baca Juga: Berkat Inovasi, Perpusda Wonosobo Juara Lomba Perpustakaan Tingkat Jawa Tengah tahun 2021

“Jadi, prinsip utama dari Al-Bidayah ini adalah memberi kebermanfaatan dengan menjadi wadah bagi mereka yang mau berkarya,” imbuhnya.

Setelah mengungkapkan hal itu, Dimas Ari beranjak dari duduknya dan mengambilkan saya beberapa karya tulis berupa buku dari lemari.

Setelah saya baca ternyata itu adalah kumpulan cerpen dari anak-anak yang sering belajar di TBM.

“Ini mas buktinya, anak-anak yang berada di sini bukan saja membaca tetapi juga menghasilkan karya, kami bantu ketikkan karena biasanya mereka masih tulis tangan, lalu kami cetak dan jadikan buku. Tujuannya apa, biar mereka merasa mendapatkan tempat dan apresiasi,” tutur Dimas bangga.

Baca Juga: 3 Perpustakaan Wonosobo 6 Besar Lomba Perpustakaan Jateng, Jadikan Semangat Mencapai Kemajuan

Saya hanya bisa senyum dan salut dengan ungkapan itu.

Dengan apresiasi semacam itu jelas akan menumbuhkan mental yang baik bagi anak-anak yang sedang berusaha untuk menggali bakat-bakat terpendam mereka.

Bukan hanya kumpulan cerpen, di sana ada gambar hasil dari anak-anak, ada juga kerajinan, seperti topeng tari lengger mini dan termos dari botol bekas dan alumunium foil.

Benar saja, karya-karya itu terpajang cukup rapi di ruang sanofi.

“Apapun karya dan bagaimanapun hasil dari anak-anak akan kami usahakan untuk dipajang dan tertata rapi.” Ungkap Dimas.

Baca Juga: Kipin School Diresmikan di Perpustakaan Daerah Wonosobo, Dukung Pembelajaran Di Masa Pandemi

Bukan hanya terbatas pada anak-anak, TBM Al-Bidayah juga memiliki kebermanfaatan bagi orang dewasa dengan memberikan pelatihan.

Salah satu pelatihan yang pernah dilakukan adalah praktik memasak untuk ibu-ibu, tidak berhenti di situ, hasil olahannya pun kemudian dilanjutkan sampai tahap pengemasan.

Selain itu bagi ibu-ibu petani juga dilakukan pelatihan pembuatan caping.

Bukan hanya bagi para ibu, bapak-bapak juga ada pelatihan tentang kelistrikan di mana TBM Al-Bidayah bekerjasama dengan BLK provinsi.

Baca Juga: Pupuk Jiwa Korsa, 3 Anggota Koramil Latih PBB Siswa Siswi SMP N 1 Sapuran Wonosobo

Pada pelatihan itu peserta mendapatkan alat kelistrikan dengan harapan bisa membuka jasa servis, minimal bisa memperbaiki kerusakan di rumah sendiri.

Lalu, masih banyak lagi hal-hal yang dilakukan TBM bersama masyarakat.

“Ini di belakang sedang dikembangkan ruangan eco-library, yang mana sedang dilakukan uji coba soal tanaman yang cocok ditanam di wilayah Sapuran. Selain itu, juga ada kolam ikan yang bisa dimanfaatkan untuk edukasi maupun konsumsi.” Tambah Dimas.

Bagi pelajar, atau mahasiswa juga bisa memanfaatkan TBM Al-Bidayah. Karena di TBM juga menyediakan wifi berbayar.

Baca Juga: Babinsa Sapuran Karya Bakti Buka Jalan Menuju TPU Bersama Warga Boto, Sapuran, Wonosobo

“Meskipun berbayar tetapi saya hanya menargetkan balik modal, Mas. Jadi, misal ditempat lain memasang tarif Rp.5000 ya kami cukup Rp.3000 saja”.

Dari semua yang telah “diberikan” kepada masyarakat umum itu Dimas Ari mempunyai prinsip yang dipegang sampai sekarang “Tidak usah muluk-muluk yang penting bermanfaat.” Dari kata-kata itu, energi Dimas untuk terus memberikan karya dan sumbangan bagi masyarakat terus terpacu.

Saat ini dalam mengelola TBM Al-Bidayah, Dimas Ari yang juga mempunyai kesibukan sebagai guru SD di Sapuran dibantu oleh dua orang, satu orang bagian pelayanan

dan satunya bagian IT.

Salah satu dari mereka disuruh Dimas untuk mengajak saya berkeliling, melihat ruangan-ruangan yang dimiliki TBM.

Baca Juga: Polsek Sapuran Wonosobo Evakuasi Bencana Alam Tanah Amblas dan Longsor di 3 Titik Lokasi

Selain ruangan yang sudah saya singgahi, yaitu ruang baca utama dan ruang sanofi, ternyata masih ada empat ruangan lagi.

Ruang galeri yang berisi karya dari anak-anak, bioskop untuk pembelajaran lewat pemutaran film, ruang referensi yang menyimpan koleksi berharga (tidak bisa dipinjam), dan terakhir adalah ruang eco-library yang sudah saya singgung tadi.

Sungguh saya dibuat heran, dari yang awal datang hanya terlihat warung kelontong ternyata TBM Al-Bidayah mempunyai ruangan yang banyak dan sangat nyaman.

Saya jadi tidak kaget lagi kalau banyak penghargaan yang didapatkan perpustakaan desa itu.

Baca Juga: Babinsa Koramil Sapuran Wonosobo Gotong Royong Renovasi Pondok Pesantren Bersama Warga

Setelah melihat itu semua dan kembali duduk di sofa bersama Dimas Ari, lantas saya terbesit satu pertanyaan sederhana.

“Dari mana sumber dana TBM ini, yang dari awal sudah dikelola secara mandiri.” tanya saya ke Dimas Ari.

“Sumber utamanya ya itu warung kelontong depan dan dari warnet, jadi TBM itu sebenarnya sudah bisa nyari uang sendiri tanpa mengambil uang saya.” Jelas Dimas dengan diselingi tawa.

“Ya meskipun disamping itu ada bantuan dari swasta dan alhamdulilah dari prestasi yang diraih itu kan juga ada hasil uangnya.” imbuh Dimas Ari.

Baca Juga: Polsek Sapuran Wonosobo Evakuasi Bencana Alam Tanah Amblas dan Longsor di 3 Titik Lokasi

Lalu di akhir pembicaraan ada kalimat pungkas dari Dimas yang menarik “Intinya jangan mikir untung atau rugi kalau mau mengabdi, ikhlas saja, pasti akan mendapat lebih.”

Melihat langit yang sudah mulai gelap, lantas saya segera habiskan suguhan teh dan pamit untuk pulang.***

(Artikel ini merupakan kontribusi dari Galih Nugroho, Mahasiswa Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM))

Editor: Agung Setio Nugroho

Tags

Terkini

Terpopuler