Angka Stunting di Wonosobo Turun, Forum Genre Wonosobo Bagikan Kiat Mudah Cegah Stunting

8 Agustus 2023, 20:22 WIB
Forum Genre Wonosobo bagikan kiat mudah untuk mencegah stunting /freepik/jcomp/

KABAR WONOSOBO - Stunting menjadi beban sekaligus ancaman bangsa di masa depan. Pasalnya dampak dari stunting sangat besar bagi suatu negara terutama pada masa depan generasinya.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi, di mana kondisi tersebut dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme, dan pertumbuhan fisik pada anak.

Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021, angka prevalensi stunting di Indonesia masih tinggi yaitu 24,4% dan turun menjadi 21,6% di tahun 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya.

Baca Juga: Hadiah Hari Jadi Wonosobo 2023 Jadi Best Practice Penurunan Stunting, Menuju Zero New Stunting

Namun demikian, angka ini tetaplah tinggi karena masih diatas angka standar dari WHO yaitu kurang dari 20%. Meski terlihat penurunan angka prevalensi kasus stunting, tetapi stunting masih menjadi permasalahan serius sehingga masih sangat perlu upaya untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.

Berdasarkan data SSGI 2022, saat ini Indonesia menargetkan prevalensi stunting di tahun 2024 mencapai angka 14%. Sedangkan di Kabupaten Wonosobo sendiri kasus stunting mencapai angka 28,1% pada tahun 2021 dan menjadi 22,7% pada tahun 2022.

Hal tersebut menunjukan bahwa Kabupaten Wonosobo sudah berhasil menurunkan angka kasus stunting sebesar 5,4%. Sehingga Wonosobo tidak lagi menjadi kabupaten dengan angka tertinggi di Jawa Tengah, atau turun menduduki peringkat 12 di Jawa Tengah.

Baca Juga: Stunting Bisa Dicegah Lewat Keluarga yang Peduli, Amanat Festival Cinta Keluarga 2023 di Wonosobo

Namun demikian, pencegahan stunting harus tetap diupayakan hingga mencapai angka prevalensi 10% pada tahun 2024 mendatang.

Menurut WHO tahun 2015 stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Menurut Ruswati dan kawan-kawan, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya stunting, salah satunya pola makan pada anak.

Baca Juga: Program Internalisasi Pengasuhan Balita Disebut Upaya Percepatan Penurunan Stunting di Wonosobo

Pemberian pola makan yang tidak tepat memiliki persentase stunting sebesar 40,0%. Sedangkan pola makan anak yang tepat memiliki persentase stunting sebesar 20,0%.

Lalu pada ASI eksklusif yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki persentase stunting sebesar 33,3% dan yang diberikan ASI eksklusif memiliki persentase stunting 20,8%.

Adapun faktor terjadinya stunting yaitu anemia pada remaja putri. Remaja putri yang menderita anemia berisiko menjadi wanita usia subur yang anemia selanjutnya menjadi ibu hamil anemia, bahkan juga mengalami kekurangan energi kronis (KEK). Hal ini memungkinkan melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting.

Baca Juga: Tak Sendiri, Forum Genre Wonosobo Gandeng BKKBN Cegah Stunting Lewat 2 Cara Ampuh

Menurut Kementerian Kesehatan, secara khusus upaya penanggulangan stunting dapat dilakukan melalui perbaikan pola asuh, pola makan, dan peningkatan akses air bersih dan sanitasi dengan fokus pada remaja dan ibu hamil sebagai upaya pencegahan stunting.

Stunting merupakan permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan menyebabkan lost generation.

Stunting pada balita perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, kapasitas belajar dan performa anak serta produktivitas dan kapasitas kerja juga menjadi tidak optimal.

Baca Juga: Kolaborasi Dexa Group, BKKBN, Polri, dan Bidan Maksimalkan Target Penurunan Stunting 14% di 2024

Dampak buruk stunting juga berimbas pada Kesehatan reproduksi. Stunting membawa dampak jangka pendek berupa tingginya risiko morbiditas dan mortalitas, jangka menengah berupa rendahnya intelektualitas dan kemampuan kognitif, serta risiko jangka Panjang berupa kualitas sumber daya manusia dan masalah penyakit degeneratif di masa dewasa.

Pada tahun 2045 mendatang tepat 100 tahun setelah merdeka. Indonesia dihadapkan pada bonus demografi yang didominasi oleh usia produktif dimana jika masa ini dipenuhi oleh sumber daya manusia yang berkualitas maka bonus demografi akan menjadi kebaikan untuk Indonesia.

Namun, bonus demografi terancam menjadi malapetaka karena tingginya persentase balita penderita stunting di Indonesia. Karena balita saat inilah yang kelak menjadi tenaga produktif tersebut.

Baca Juga: Upaya Wujudkan Zero Stunting di Wonosobo, Polri dan Dexa Group Gelar Bakti Sosial Periksa Gratis dan Donasi

Salah satu cara untuk mewujudkan bonus demografi salah satunya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.

Oleh karena itu, upaya pencegahan stunting tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja namun tugas semua elemen masyarakat, tugas kita bersama. Khususnya sebagai remaja memiliki peran penting dalam upaya pencegahan stunting sejak hulu.

Pencegahan stunting dapat dilakukan sejak usia remaja yang mana hal tersebut merupakan upaya pencegahan sejak hulu yaitu dengan mencegah anemia dengan rutin mengonsumsi tablet tambah darah, memenuhi kebutuhan gizi sesuai isi piringku dan tidak melakukan pernikahan dini.

Baca Juga: Intervensi Stunting di Desa Butuh Kalikajar Wonosobo Diupayakan Dengan Berbagai Kegiatan

Saat ini forum Genre Kabupaten Wonosobo tengah ikut serta untuk melakukan pencegahan stunting dengan melakukan berbagai aksi salah satunya dengan mengimplementasikan modul INI GENTING (Implementasi Nyata Genre Cegah Stunting) yang dilakukan bersama remaja di seluruh daerah Kabupaten Wonosobo khususnya kepada anggota PIK Remaja setiap daerah atau desa di Kabupaten Wonosobo.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: SSGI Forum GenRe

Tags

Terkini

Terpopuler