Selain diisi pemaparan materi, peserta disajikan video yang beragam mengenai penanganan hoax. Selain itu peserta juga ikut aktif dengan memberikan tanggapan terhadap ilustrasi yang diberikan oleh narasumber sehingga acara berjalan menarik dan tidak membosankan.
Ada juga game pertengahan sesi membuat peserta lebih antusias untuk mengikuti pelatihan hingga usai. Para peserta juga mengikuti diskusi terkait tema dan berbagi terkait apa yang dihadapi selama ini.
“Sebelum pemaparan disampaikan peserta lebih dulu diminta untuk mengisi pretest dan pada akhir sesi juga kembali mengisi posttest yang disediakan oleh tim Tular Nalar. Hal ini bertujuan agar panitia dapat mengevaluasi sejauh mana keberhasilan yang dapat dicapai dalam kegiatan ini,” kata Astin.
Baca Juga: SAFEnet Soroti 9 Pasal ‘Karet’ yang Perlu Direvisi, Mencuat Topik Tentang Pemerintahan dan Defamasi
Hal lain yang menarik dari acara ini adalah pemaparan yang disampaikan oleh Project Manajer Tular Nalar Mafindo, Santi Indra Astuti. Santi mengatakan bahwa jika Tular Nalar adalah riak, maka riak ini akan menjadi gelombang.
“Gelombang ini lah yang akan berubah menjadi sebuah ombak dan akan menyapu sampah-sampah digital informasi,” kata Santi.
Acara berlangsung sekitar tiga jam itu dibuka oleh Kabid Pengembangan Kurikulum dan Pemetaan Mutu Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Wonosobo, Slamet Faizi.
Dalam sambutannya Slamet Faizi menyampaikan bahwa acara Tular Nalar muncul sebagai solusi terhadap sebagian permasalahan yang ada pada peserta didik.
“Mengingat saat ini siswa dengan begitu mudah mengakses informasi di media sosial, kami berpesan agar para guru dapat mempraktikan ilmu yang didapat untuk inovasi pelajaran kedepannya,” katanya.