Pihaknya menyadari kenapa hujatan tersebut muncul, diantaranya karena posisi MUI sebagai khodimul umah, yang mempunyai kewajiban menjaga dari aqidah yang sesat.
"Yang selanjutnya adalah menjaga keamanan dan kehalalan makanan. Serta menjaga praktik muamalah yang tidak sesuai syariah," lanjutnya.
Hal itulah disebut KH Muhidin yang sering kali menimbulkan perkara yang sensitif dimasyarakat sehingga melahirkan berbagai tanggapan atau ktitik.
"Kita perlu tau kenapa sih masyarakat menghujat kita, diantaranya MUI itu tegas, posisinya sebagai khodimul umah karena itu punya kewajiban menjaga dari anil aqidah al batilah yaitu menjaga aqidah yang sesat, lalu anil aqli wa shurbi ghoiri halal, yaitu menjaga aman dan halal pangan, lalu anil muamalah ghoiri syariah, imat kita harus dijaga dari praktik pratik yang tidak sesuai syariah," ungkapnya.
Baca Juga: Temui Wakil Bupati, FKUB Komitmen Jaga Persatuan Sekaligus Hadirkan Solusi di Wonosobo
Kepada umat, MUI diharapkan bisa menjadi panutan umat, lalu kepada atasaan memang kewajiban MUI untuk menjadi mitra yang kritis, mitra yang serasi dengan pemerintah.
Sementara itu Abah Chotob menegaskan adanya alih generasi dalam kepemimpinan MUI Wonosobo adalah hal yang umum dan diharapkan bisa diestafetkan kepada yang lebih muda.
"Saya diangkat menjadi Ketua umum, padahal bukan orang yang terbaik, sebenarnya saya ingin alih generasi kepada yang lain yang lebih muda yang lebih trengginas dan lebih cantas," tegas Abah Chotob.
Abah Chotob mengungkapkan, tugas MUI saat ini sangat berat dan dirinya merasa sangat kecil ketika melihat visi yang sangat besar ini, dibandingkan realita yang terjadi ditengah masyarakat saat ini, ditambah isu global yang sangat mempengaruhi umat islam secara luas.
Baca Juga: Viral di Twitter! Restoran Hanamasa Membuat Makanannya Menggunakan Sake, Netizen: Tidak Halal!