Salah satu dari mereka disuruh Dimas untuk mengajak saya berkeliling, melihat ruangan-ruangan yang dimiliki TBM.
Baca Juga: Polsek Sapuran Wonosobo Evakuasi Bencana Alam Tanah Amblas dan Longsor di 3 Titik Lokasi
Selain ruangan yang sudah saya singgahi, yaitu ruang baca utama dan ruang sanofi, ternyata masih ada empat ruangan lagi.
Ruang galeri yang berisi karya dari anak-anak, bioskop untuk pembelajaran lewat pemutaran film, ruang referensi yang menyimpan koleksi berharga (tidak bisa dipinjam), dan terakhir adalah ruang eco-library yang sudah saya singgung tadi.
Sungguh saya dibuat heran, dari yang awal datang hanya terlihat warung kelontong ternyata TBM Al-Bidayah mempunyai ruangan yang banyak dan sangat nyaman.
Saya jadi tidak kaget lagi kalau banyak penghargaan yang didapatkan perpustakaan desa itu.
Baca Juga: Babinsa Koramil Sapuran Wonosobo Gotong Royong Renovasi Pondok Pesantren Bersama Warga
Setelah melihat itu semua dan kembali duduk di sofa bersama Dimas Ari, lantas saya terbesit satu pertanyaan sederhana.
“Dari mana sumber dana TBM ini, yang dari awal sudah dikelola secara mandiri.” tanya saya ke Dimas Ari.
“Sumber utamanya ya itu warung kelontong depan dan dari warnet, jadi TBM itu sebenarnya sudah bisa nyari uang sendiri tanpa mengambil uang saya.” Jelas Dimas dengan diselingi tawa.