Network
KABAR WONOSOBO - Kabupaten Wonosobo kembali meraih penyaji terbaik pertama dalam Event Bersama Wilayah Kedu Raya 2022 yang digelar di Gerbang Gajah Kembanglimus, Desa Kembang Limus Kabupaten Magelang pada Sabtu 26 November 2022.
Kegiatan yang dihelat oleh Disporapar Provinsi Jateng ini kembali digelar bersamaan dengan Gelar Atraksi Wisata dan Gelar Desa Wisata Jateng yang diikuti oleh 6 kontingen mewakil kabupaten/kota se eks Karisidenan Kedu.
Pada tahun lalu Kabuapten Wonosobo juga dinobatkan sebagai penyaji terbaik pertama pada Event Bersama Wilayah Kedu Raya 2021 yang mementaskan Drama Tari “Plesiran Sehat, Prokes Dirumat”.
Kali ini Kabupaten Wonosobo mempersembahkan “Sendratari Ruwat Gimbal” yang ditampilkan oleh 40 orang yang dilatih oleh Werdi Widati Lupikaningtyas dan penata iringan Restu Budi Rahayu serta penata rias busana Dinta Candra Priar.
Baca Juga: Rumah Sakit AISs Wonosobo Diresmikan Diminta Turut Memudahkan Akses Kesehatan yang Merata
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Wonosobo, Agus Wibowo sangat bangga atas hasil kreativitas para seniman-seniwati Wonosobo yang dua taun berturut-turut meraih gelar penyaji terbaik pertaman.
“Alhamdulillah, bersyukur dan bangga Wonosobo kembali meraih gelar penyaji terbaik dalam event ini, saya berterimakasih kepada para seniman dan segenap pihak yang turut dalam proses pembuatan sampai pementasan Sendratari Ruwat Gimbal ini,” tutut Agus.
Agus berharap prestasi ini bisa menjadi motivasi seniman-seniman Wonosobo agar terdorong untuk tetap semangat dan terus berkarya sehingga akan lebih banyak lagi prestasi yang diraih.
Sutradara Sendratari Ruwat Gimbal, Waket Prasudi Puger menambahkan alur dan skenario dalam sendratari tersebut mengekpresikan tingkah laku keseharian remaja Gimbal yang berada di dataran tinggi Dieng Wonosobo yang konon selalu sakit-sakitan karena “disinggahi” Bathara Kala.
“Tradisi Ruwat Gimbal menjadi solusi bagi warga setempat, maka tak heran orang Gimbal selalu diruwat asalkan permintaanya dikabulkan, mereka bersedia dipotong rambutnya agar menjadi normal seperti masyarakat pada umumnya,” terang Waket.***
