"Di sini, mayoritas petani salak dan cari rumput dijual ke tetangga desa. Salak sedang tidak produktif dan produktifitas turun 70 persen di musim kemarau. Meskipun rumput melimpah, tapi bibitnya belum ada," tutur Kades Kajeksan Sumarno Toso.
Harapannya lewat bimtek perbibitan domba wonosobo terstandar, warganya bisa mengetahui bagaimana tumbuhkembang domba apakah sudah terstandar dari fisik, kebersihan dan kesehatannya.
Terkait bibit domba terstandar yang dimaksud adalah sesuai SNI dan penerapannya lebih luas. Hal itu dijelaskan Anggota Komisi IV DPR RI Vita Ervina yang turut membuka kegiatan.
"Sesuai potensi di Jateng yakni sumber daya genetik hewan dan jika telah terstandar akan beri perlindungan ke konsumen dan kesiapan untuk ekspor. Ada 5 program standar domba dan kambing termasuk domba Wonosobo. Tujuan bimtek ini adalah hilirisasi untuk dapatkan pengetahuan tentang domba terstandar," tuturnya.
Baca Juga: Pemkab Wonosobo Teken MoU dengan Yayasan Solidaridad Belanda Garap Sektor Pengolahan Bulu Domba Wonosobo
Lebih lanjut Vita menyebut bahwa standar yang diharapkan sesuai dengan permintaan pasar dan pengaruhi harga jual. Maka butuh pemahaman mulai dari bibit yang bagus seperti apa.
"Butuh dipahami juga manajemen kandang dan manfaatkan kotoran sebagai pupuk organik dan butuh untuk dorong pertanian. Program pesona bukan hanya untuk pembibitan tapi untuk kembangkan perekonomian dengan peternakan kambing. Potensi rumput di banyak wilayah di Wonosobo sangat baik sehingga sangat cocok untuk domba," pungkasnya.***