Berbagai spekulasi buruk muncul berkenaan dengan kegagalan AS untuk membayarkan utangnya, yaitu kemungkinan angka pengangguran naik hingga 6 juta orang, kenaikan suku bunga, biaya kredit mobil dan rumah pun juga ikut naik.
Selain itu, jika AS gagal melunasi utangnya, pasar keuangannya akan hancur dan harga saham juga akan terganggu.
Lebih daripada itu, kekayaan masyarakat AS pun akan berkurang secara akumulatif hingga US$15 triliun atau sekitar Rp214,7 kuadriliun.
Baca Juga: Amerika Serikat, Inggris dan Australia bentuk Geng Kerja Sama Baru Bernama AUKUS. Untuk Lawan China?
Untuk mengatasi permasalahan utangnya, Menteri Keuangan AS mengklaim sudah meminta Kongres agar menaikkan batas utang negara Paman Sam itu.
Namun usulan itu ditolak oleh Partai Republik menolaknya karena khawatir hal itu akan membebani keuangan negara.
Zandi mengungkapkan, meskipun ada kekhawatiran bahwa AS akan gagal membayar utangnya, namun pasar keuangan belum mengalami goncangan karena pasar masih yakin bahwa kongres akan mampu mengatasi permasalahan tersebut.
"Ini ironis, investor sangat optimis, pemangku kebijakan juga tidak khawatir dan percaya diri. Tapi ini akan menjadi kesalahan yang membahayakan," jelas Zandi.
Zandi melanjutkan, jika Kongres AS tidak menaikkan batas utang, anggaran negara akan dipangkas besar-besaran, salah satu yang terdampak adalah jaminan sosial.