Sejarah Tari Sekapur Sirih, Adat Penyambutan Tamu di Provinsi Jambi yang Simpan Nilai Luhur

10 Maret 2021, 05:10 WIB
Tangkapan Layar Tari sekapur sirih dari kanal Youtube Borneo. /Youtube.com/ Borneo

 

KABAR WONOSOBO – Indonesia dikenal luas dengan beragam budaya tarian tradisional yang dimilikinya. Salah satu tari tradisional yang unik adalah Tari Sekapur Sirih dari Provinsi Jambi.

Tarian ini termasuk jenis tarian penyambutan yang biasanya ditarikan oleh para penari wanita dengan berpakaian adat serta diiringi alunan musik pengiring.

Tari Sekapur Sirih menggambarkan mengenai ketulusan masyarakat setempat dalam menyambut tamu. Tarian tradisional tersebut mengandung nilai ketulusan, sopan santun, serta keramah tamahan.

Baca Juga: Mohon Jangan Lakukan 5 Hal Terlarang Ini Saat Berkunjung Ke Thailand, Hukum Bersiul dan Naik Gajah - Bagian 2

Tari itu dipentaskan saat ada kunjungan tamu-tamu agung dan dibawakan dengan syair lagu suka cita. Saat penyambutan tersebut, selain menampilkan tari yang indah juga dihidangkan berbagai makanan khas Jambi.

Menurut sejarahnya, Tari Sekapur Sirih pertama kali diciptakan oleh salah satu seniman yang cukup terkenal di Jambi, bernama Firdaus Chatap. Kemudian tarian itu diperkenalkan kepada masyarakat luas tahun 1962.

Awalnya tarian ini merupakan gerakan dasar. Ia kemudian dikembangkan oleh beberapa seniman dengan diiringi musik dan lagu. Dari pengembangan tersebut ternyata Tarian Sekapur Sirih berhasil menarik perhatian masyarakat luas maupun tamu yang menyaksikan.

Baca Juga: Ini Informasi Lengkap Seleksi Abdi Dalem di Keraton Yogyakarta Untuk warga DIY dan Jateng syarat utamanya ini

Pada tahun 1967, gerakan tarian ini ditata ulang oleh OK Hendrik BBA, musik pengiringnya ditata oleh Taralamsyah Saragih dengan memasukkan unsur-unsur lagu rakyat Jambi, terutama lagu “ Jeruk Purut” yang susunan liriknya dibantu oleh Marzuki Lazim.

Sedangkan R.A Rachman berlaku sebagai pemberi ide atau gagasan. Lalu pada tahun 1981, tarian ini mengalami beberapa perubahan gerakan karena dianggap kurang sesuai dengan kebiasaan masyarakat Jambi.

Penata ulang tarian ini, OK Hendrik menambah gerakan baru yaitu meramu sirih. Tari tradisional khas Jambi ini juga diartikan sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat ketika menyambut tamu yang datang.

Baca Juga: Ini 5 Hal yang Haram Dilakukan Saat Berkunjung Ke Thailand, Bersalaman sampai Adab Berfoto (Bagian 1)

Biasanya Sekapur Sirih ditarikan oleh sembilan penari perempuan dan tiga penari laki-laki, di mana satu orang bertugas sebagai pembawa payung dan dua orang pengawal. Properti yang digunakan adalah cerano (wadah) yang berisikan lembaran daun sirih, payung, dan keris.

Para penari menggunakan busana adat berupa baju kurung dan kain songket dengan corak khas Jambi. Penari wanita dilengkapi dengan selendang serta hiasan kepala, sanggul lipat pandan, gelang, kalung dan hiasannya bunga melati.

Struktur gerakan tari Sekapur Sirih terbagi atas tiga hal, yakni gerak awal, gerak inti (pokok), dan gerak akhir.

Baca Juga: Ternyata ini Akar Fenomena Ghosting, Tiba-tiba Akhiri Hubungan Tanpa Beri Penjelasan hingga Putuskan Kontak

Gerak awal merupakan gambaran gadis-gadis Jambi sedang berhias untuk menjaga kecantikan agar dipandang rapi, indah, dan cantik dihadapan para tamu.

Pada gerak inti menggambarkan gerakan menerima tamu dengan lemah lembut, sopan dan santun.

Sementara gerakan akhir melambangkan kebahagiaan dalam menerima tamu dengan disuguhkan sekapur dan sirih.

Baca Juga: Tak Hanya Se’i, Tiga Kuliner Khas dari Pulau Komodo ini Punya Taste Internasional

Tari Sekapur Sirih tetap dilestarikan sampai saat ini sebagai perwujudan pelestarian budaya nusantara. Budaya tari ini selalu dikembangkan dan diajarkan kepada para penerus budaya hingga saat ini.

Seiring dengan perkembangan jaman, Sekapur Sirih dipentaskan dengan berbagai kreasi dan variasi tanpa meninggalkan ciri khasnya.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: Rimbakita.com

Tags

Terkini

Terpopuler