Pada tahun 1967, gerakan tarian ini ditata ulang oleh OK Hendrik BBA, musik pengiringnya ditata oleh Taralamsyah Saragih dengan memasukkan unsur-unsur lagu rakyat Jambi, terutama lagu “ Jeruk Purut” yang susunan liriknya dibantu oleh Marzuki Lazim.
Sedangkan R.A Rachman berlaku sebagai pemberi ide atau gagasan. Lalu pada tahun 1981, tarian ini mengalami beberapa perubahan gerakan karena dianggap kurang sesuai dengan kebiasaan masyarakat Jambi.
Penata ulang tarian ini, OK Hendrik menambah gerakan baru yaitu meramu sirih. Tari tradisional khas Jambi ini juga diartikan sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat ketika menyambut tamu yang datang.
Biasanya Sekapur Sirih ditarikan oleh sembilan penari perempuan dan tiga penari laki-laki, di mana satu orang bertugas sebagai pembawa payung dan dua orang pengawal. Properti yang digunakan adalah cerano (wadah) yang berisikan lembaran daun sirih, payung, dan keris.
Para penari menggunakan busana adat berupa baju kurung dan kain songket dengan corak khas Jambi. Penari wanita dilengkapi dengan selendang serta hiasan kepala, sanggul lipat pandan, gelang, kalung dan hiasannya bunga melati.
Struktur gerakan tari Sekapur Sirih terbagi atas tiga hal, yakni gerak awal, gerak inti (pokok), dan gerak akhir.
Gerak awal merupakan gambaran gadis-gadis Jambi sedang berhias untuk menjaga kecantikan agar dipandang rapi, indah, dan cantik dihadapan para tamu.
Pada gerak inti menggambarkan gerakan menerima tamu dengan lemah lembut, sopan dan santun.