KABAR WONOSOBO – Valentine Day atau Hari Valentine menjadi hari yang ditunggu-tunggu bagi setiap pasangan kekasih di berbagai belahan dunia.
Momen Hari Valentine dimanfaatkan untuk menunjukkan rasa kasih sayang kepada orang-orang di sekitar seperti pasangan, sahabat, dan orang tua kita.
Di setiap daerah atau negara, valentine dirayakan dengan cara yang berbeda-beda dari perayaan yang romantis hingga unik.
Baca Juga: Sejarah Penggunaan Masker yang Ternyata Telah Mulai Dipakai Sejak Ribuan Tahun Lalu
Seperti di Afrika Selatan dengan penyelenggaraan festival ‘Lupercalia’ saat momen Valentine.
Masyarakat Afrika Selatan percaya mengenai cerita Lupercalia, yang kemudian menjadi sejarah peryaan hari Valentine hingga saat ini.
Festival Lupercalia adalah sebuah tradisi bangsa Romawi kuno yang tidak terlepas dengan hal-hal yang berbau seks.
Baca Juga: Bermula dari Nama Googol, Inilah Sejarah Mengapa Berganti Nama Menjadi Google
Selain itu, Lupercalia merupakan tradisi nenek moyang Romawi Kuno yang dianggap tidak bermoral.
Tradisi itu bahkan tidak melambangkan kehangatan atau kasih sayang sama sekali yang identik dengan hari Valentine.
Masyarakat pagan Romawi merayakan festival ini pada tanggal yang berdekatan dengan hari Valentine modern, yakni 15 Februari.
Alih-alih bernuansa kasih sayang atau asmara, perayaan Lupercalia pada masanya lebih sering diasosiasikan dengan darah, pengorbanan hewan, hingga perjodohan acak.
Perjodohan yang dilakukan secara acak ini disebut memiliki tujuan untuk menghalau roh jahat dan ketidaksuburan.
Festival ini juga disebut sebagai hari kesuburan, dimana masyarakat Romawi melakukan persembahakan kepada Dewa Lupercus.
Dewa Lupercus yang dianggap sebagai dewa kesuburan dan digambarkan memakai pakaian dari kulit kambing.
Dalam upacara penyucian pendeta, Lupercus meminum anggur dan memotong kambing kemudian berlari keliling kota dan menyentuh siapapun.
Di balik perayaannya ini, festival Lupercalia ternyata menimbulkan pro dan kontra di kalangan bangsa Romawi.
Baca Juga: Sejarah Hari Valentine Versi St.Valentine dan Claudius II, Ternyata Memiliki Cerita yang Kelam
Pada sebuah waktu tradisi ini diubah menjadi salah satu tradisi untuk menghormati Dewa Kesuburan pada zaman pra Romawi.
Pada akhir abad ke-5, Paus Gelasius I mengganti nama festival Lupercalia menjadi hari Valentine.
Momen ini dikenal sebagai hari romansa bagi bangsa Romawi dan dirayakan pada 14 Februari setiap tahunnya.
Baca Juga: Kumpulan Kata-kata Cinta di Hari Valentine Untuk Pacar
Sementara di Afrika Selatan saat ini perayaan ini juga dilakukan dengan sewajarnya dan digelar secara rutin.
Dalam festival ini, para remaja laki-laki dan perempuan menyematkan nama kekasih mereka di lengan baju.
Selain itu, mereka juga berkunjung ke sebuah tempat rekreasi untuk merayakannya bersama keluarga.***