Tidak Hanya di Indonesia Saja, Permainan Gundu atau Kelereng Ternyata Telah Populer Pada Abad ke-12 di Eropa

22 September 2021, 10:56 WIB
Permainan gundu atau kelereng yang tengah dimainkan oleh bangsa Eropa /inibaru.id

KABAR WONOSOBO – Permainan gundu atau kelereng merupakan permainan tradisional yang biasa dimainkan anak laki-laki, meski tak jarang perempuan juga memainkannya.

Dulu, banyak dari anak laki-laki yang mengoleksi kelereng hingga satu kaleng biskuit dengan berbagai macam motif dan ukuran.

Permainan dengan benda bulat kecil dari kaca atau marmer ini memiliki beberapa nama di setiap daerah.

Baca Juga: 4 Kuliner Tradisional Betawi yang Menggugah Selera dan Wajib Dicicipi saat Berkunjung ke Ibu Kota Jakarta

Buat masyarakat Betawi menyebutnya "gundu", anak-anak Sunda menyebut permainan ini dengan "kaleci".

Sementara orang Jawa banyak yang menyebutnya dengan nama "dir" atau "setin", kemudian di Palembang dikenal dengan nama "ekar".

Untuk penyebutan bangsa Eropa juga ada tersendiri seperti Belanda mengenal permainan gundu dengan nama "knikker".

Baca Juga: 5 Jajanan Pasar Tradisional dari Jawa Tengah ini Tetap Eksis dan jadi Primadona Masyarakat. Pernah Coba?

Sementara di Prancis, anak-anak yang telah memainkannya sejak abad ke-12 menyebutnya dengan "bille" yang berarti bola kecil.

Sebutan knikker juga terkadang di pakai anak-anak di Inggris selain mereka menyebutnya dengan nama "marbles".

Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng yang terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman.

Baca Juga: Honjok, Seni Hidup Sendiri dari Korea yang Dianggap Penyebab Munculnya Fenomena Lonely Death

Teknologi pembuatan kelereng kaca sendiri memang ditemukan di Jerman pada tahun 1864 dan segera menyebar ke seluruh Eropa.

Jauh pada peradaban Mesir kuno, sekitar tahun 3000 SM kelereng terbuat dari batu atau tanah liat.

Pada masa Romawi, permainan kelereng juga sudah dimainkan secara luas bahkan menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia yang diadakan saat menjelang perayaan Natal.

Baca Juga: Bukan Sekadar Permainan Tradisional, Lagu Cublak-Cublak Suweng Ternyata Punya Makna dan Pesan Moral yang Dalam

Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan.

Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM yang ditemukan di kereta pada situs “Minoan of Petsofa”.

Untuk cara memainkannya, biasanya dengan menggambar lingkaran dan menaruh kelereng yang akan dilombakan.

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Permainan Tradisional Bakiak yang Melatih Koordinasi Berasal dari Daerah Ini

Setelah itu, secara bergantian pemain akan menyentilkan kelereng mereka ke kelereng lawan yang ada di dalam lingkaran.

Jika setelah menyentil kelereng yang ada di dalam sampai ke luar lingkaran, kelereng tersebut akan menjadi miliknya.

Anak-anak yang memainkan permainan tradisional ini akan mampu untuk mengembangkan saraf motoriknya.

Baca Juga: Jangan Sampai Terlupakan! Mari Mengenal Sejarah Permainan Tradisional Gasing yang Kini Sudah Jarang Ditemukan

Selain itu mereka juga dilatih untuk bersikap jujur, melatih kesabaran, melatih kemampuan berpikir, dan juga melatih interaksi sosial dengan lainnya.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: gramedia.com

Tags

Terkini

Terpopuler