Bahwa perempuan haruslah untuk ‘manut’ atau menurut.
Dilarang untuk melakukan banyak hal, termasuk mendapatkan pendidikan yang layak, hanya karena ia perempuan.
Namun, Amba mendobraknya. Ia perempuan yang bebas.
“Kamu jangan sampai terjerat oleh apa yang dibayangkan orang. Kamu harus bisa mengatasinya dan memberi makna sendiri kepada namamu.” (kutipan halaman 107)
Baca Juga: Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala, Siap Jadi Serial Netflix
Bukan hanya itu, ada paragraf-paragraf yang juga disusupi oleh penggambaran mengenai makanan, kisah-kisah dalam pewayangan, serta buku-buku dan puisi.
Amba karangan Laksmi Pamuntjak merupakan salah satu novel yang berhasil menjadikan tokoh terkenal dari epos Mahabharat menjadi sebuah tulisan yang mengenyangkan.
Bagaimana Amba, putri dari Kasi yang dibuang oleh sang kekasih, Salwa, setelah dicampakkan oleh Bhisma Dewabrata lantas menuntut balas.
Novel ini tidak hanya menghadirkan tragedi amoral di masa lalu yang menyusup hingga ke ranah-ranah terkecil dari para tokoh yang terlibat.
Melainkan turut menghadirkan romansa indah, hubungan antar manusia dan Tuhan, manusia dengan manusia, juga manusia dengan dirinya sendiri.