Sempat Ditunda Setahun, Olimpiade Tokyo 2020 Jepang Bisa Dibatalkan karena Gelombang Keempat Covid-19

15 April 2021, 20:09 WIB
Pembangunan wisma atlet untuk persiapan Olimpiade Tokyo 2020 di Jepang. Tangkapan layar Youtube South China Morning Post. /Youtube.com/ South China Morning Post

KABAR WONOSOBO - Seorang pejabat senior dari partai yang berkuasa di Jepang mengatakan pembatalan Olimpiade tahun ini di Tokyo tetap menjadi pilihan jika krisis virus corona menjadi semakin parah.

Keputusan ini masuk dalam daftar opsi setelah melihat gelombang Covid-19keempat melonjak kurang dari 100 hari dari rencana dimulainya Olimpiade.

"Jika tampaknya tidak mungkin lagi untuk diselenggarakan, maka kami harus dengan tegas membatalkan (olimpiade)," kata Toshihiro Nikai, sekretaris jenderal Partai Demokrat Liberal.

Baca Juga: Jepang Melarang Reaktor Nuklir Fukushima Dihidupkan Kembali, Standar Keamanan Dinilai Sangat Buruk

“Pembatalan tentu saja merupakan pilihan. Untuk apa diselenggarakan Olimpiade jika hanya akan menyebarkan infeksi?” tambah Nikai.

Toshihiro Nikai yang seorang pendukung utama Perdana Menteri Yoshihide Suga dikenal karena komentarnya yang blak-blakan.

Nama Nikai sering muncul ke permukaan karena banyak anggota parlemen partai berkuasa lainnya menghindari membahas hal yang kontroversial, termasuk kemungkinan pembatalan olimpiade.

Baca Juga: Rahasia Kecantikan Wanita Korea dan Jepang, Cuci Muka dengan Air Beras yang Punya Efek Luar Biasa

Acara olahraga terbesar di dunia itu telah ditunda satu tahun dan diadakan tanpa adanya penonton internasional.

Jepang sendiri tengah kelimpungan dengan meningkatnya infeksi Covid-19, dengan peningkatan yang cukup tinggi di Tokyo setelah pemerintah mengakhiri keadaan darurat, dan Osaka yang mencapai rekor jumlah kasus sejak pandemi diumumkan.

Pemerintah terus menggenjot persiapan dengan menerapkan social distancing dan pembatasan lain demi Olimpiade yang akan dimulai pada 23 Juli, sementara estafet obor skala kecil sedang berlangsung.

 Baca Juga: Film Out, Single BTS Berbahasa Jepang Dirilis, Muncul Teori dari Lirik Lagu hingga Properti Konten Videonya

"Kami akan mengadakan (Olimpiade) dengan cara yang dimungkinkan, dan mungkin akan diadakan tanpa penonton," kata Taro Kono.

Taro Kono adalah menteri yang bertanggung jawab atas program vaksinasi Jepang.

Menurut jajak pendapat, hanya sedikit responden yang menunjukkan dukungan untuk tetap mengadakan Olimpiade di Jepang selama pandemi global.

Baca Juga: Jepang Diguncang Gempa 7,2 SR Landa Bagian Pantai Timur Laut, Pembangkit Nuklir Onogawa Diperiksa

"Canceling Olympics" menjadi trending Twitter di Jepang pada hari Kamis 15 April 2021 dengan lebih dari 35.000 tweet.

“Jika orang ini mengatakannya, pembatalan Olimpiade terlihat seperti kenyataan,” tweet @marumaru_clm merujuk pada Nikai.

Penyelenggara Olimpiade, komite Olimpiade nasional Jepang, dan pemerintah Tokyo tidak segera menanggapi meskipun telah sering diminta untuk berkomentar.

 Baca Juga: Penjualan Manga Cetak Mulai Lesu, Manhwa Korea dan Web Comic China Mulai Ambil Alih Tahta Manga Jepang

Komentar dari anggota parlemen datang ketika para ahli kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran infeksi dan ketegangan yang ditimbulkan dari peningkatan kasus tersebut pada sistem kesehatan Jepang.

Penasihat medis terkenal di Jepang, Shigeru Omi, mengakui pandemi telah memasuki gelombang keempat, didorong oleh ditemukannya hasil mutasi dari virus tersebut.

Profesor dari Universitas Kyoto, Hiroshi Nishiura juga mendesak dalam sebuah komentar di majalah untuk menunda Olimpiade.

 Baca Juga: Campur Tangan Investor China di Produksi Serial TV Bikin Publik Korea Selatan Khawatir, Lawan lewat Petisi

Akira Koike, anggota parlemen oposisi dari Partai Komunis Jepang, bereaksi terhadap komentar Nikai di Twitter yang mengatakan mengadakan acara itu sudah tidak mungkin dan keputusan untuk membatalkan olimpiade harus dibuat secepatnya.

Seorang pejabat senior Dana Moneter Internasional (IMF) Rabu 15 April 2021 mengatakan, pembatalan atau penundaan Olimpiade mungkin tidak akan banyak merugikan ekonomi Jepang, tetapi akan memiliki efek yang lebih besar pada sektor jasa di Tokyo.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler