Terancam Kelaparan, Ethiopia Gencatan Senjata Sepihak Setelah Kelompok Pemberontak Kembali Kuasai Mekelle

1 Juli 2021, 11:32 WIB
Sekelompok pasukan pemberontak turun ke jalan-jalan di wilayah Mekelle membuat pemerintah Ethiopia putuskan untuk umumkan gencatan senjata sepihak. /morningexpress.in

KABAR WONOSOBO – Pemerintah Ethiopia mengumumkan gencatan senjata sepihak di wilayah Tigray utara setelah pejuang pemberontak merebut kembali Ibu Kota Mekelle.

Insiden ini merupakan konflik yang berlanjut setelah hampir delapan bulan para pemberontak berusaha menguasai wilayah Mekelle.

Konflik di Ethiopia ini menurut PBB telah mendorong 350.000 orang dalam ambang kelaparan.

Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), mantan partai yang memerintah di wilayah tersebut, mengatakan pada hari Senin, 28 Juni 2021 kemarin bahwa mereka kembali menguasai Mekelle.

Baca Juga: Angelina Jolie Jadi Utusan Khusus UNHCR, Kunjungi Kamp Pengungsi di Burkina Faso Afrika

Para penduduk di kota itu juga melaporkan telah melihat pasukan berseragam regional Tigray di kota itu untuk pertama kalinya sejak November tahun lalu.

Beberapa laporan menyebutkan bahwa orang-orang merayakannya di jalan-jalan dan menembakkan kembang api.

“Ibu Kota Tigray, Mekelle, di bawah kendali kami,” kata juru bicara TPLF, Getachew Reda kepada sebuah kantor berita melalui telepon satelit.

Pernyataan tentang gencatan senjata sepihak itu disiarkan oleh media pemerintah setelah pemerintahan sementara Tigray yang ditunjuk oleh pemerintah federal melarikan diri dari Mekelle.

 Baca Juga: Makam Manusia Tertua Berumur 78.000 Tahun Lebih Ditemukan di Kenya, Afrika Timur

Pemerintah federal tersebut menyerukan gencatan senjata untuk memungkinkan pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan.

“Deklarasi gencatan senjata sepihak ini dimulai hari ini 28 Juni 2021 dan akan bertahan sampai musim pertanian berakhir,” bunyi pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah federal.

Untuk diketahui bahwa musim tanam di Ethiopia berlangsung dari bulan Mei hingga September mendatang.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia telah berbicara dengan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dan berharap akan adanya penghentian permusuhan.

 Baca Juga: Afrika Selatan Tekan Jumlah Penangkaran Singa untuk Menjaga Konservasi dan Pariwisata

“Sangat penting bahwa warga sipil dilindungi, bantuan kemanusiaan kepada orang-orang yang membutuhkan dan penemuan solusi politik,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Kabar Wonosobo dari Aljazeera Senin, 28 Juni 2021.

Negara lain seperti Amerika Serikat, Irlandia dan Inggris juga telah menyerukan pertemuan darurat publik Dewan Keamanan PBB.

Tetapi negara-negara tersebut belum berhasil mengorganisir konflik di Tigray dan menganggap bahwa krisis tersebut merupakan urusan internal Ethiopia.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler