30 Tahun Berkuasa, Presiden Chad Idriss Deby Mati Tertembak Usai Diumumkan Menang Pemilu

- 20 April 2021, 22:54 WIB
Dokumentasi Presiden Chad Idriss Deby Itno saat mengikuti pemilu di negaranya. dari Tangkapan layar Youtube France24.
Dokumentasi Presiden Chad Idriss Deby Itno saat mengikuti pemilu di negaranya. dari Tangkapan layar Youtube France24. /Youtube.com/ France24

 

KABAR WONOSOBO - Idriss Deby Itno, Presiden Chad yang merupakan sekutu barat untuk melawan militan islam di Afrika, terbunuh saat tengah melawan pemberontak di Chad bagian utara.

Deby yang diketahui sering bergabung dengan tentara di medan perang dengan seragam militernya, menyambangi pasukan pemberontak di garis depan pada Senin 19 April 2021.

Pemberontak yang bermarkas di Libya bagian selatan yang berbatasan dengan Chad, merangsek ratusan kilometer ke arah selatan menuju ibu kota N'Djamena.

Baca Juga: Penentuan Nasib Olimpiade Tokyo 2020, Presiden Komite Olimpiade Internasional Kunjungi Jepang Mei 2021

Dilansir Kabar Wonosobo dari Reuters, segera setelah kematian Deby dikabarkan, putranya, Mahamat Kaka, diangkat sebagai presiden Chad sementara oleh dewan peralihan perwira militer.

Hal tersebut disampaikan oleh juru bicara Azem Bermendao Agouna dalam siaran di televisi pemerintah.

"Marsekal Idriss Deby Itno, seperti yang dilakukannya setiap kali lembaga republik terancam, mengambil kendali operasi selama pertempuran heroik yang dipimpin melawan teroris dari Libya. Dia terluka selama pertempuran dan meninggal setelah dipulangkan ke N'Djamena , "Kata Bermendao.

 Baca Juga: 5 Kali menjabat Presiden Chad, Idriss Deby Itno Incar Masa Jabatan ke-6 setelah 30 tahun Berkuasa

Sebagai informasi, kelompok pemberontak Front for Change and Concord in Chad (FACT), yang berbasis di perbatasan dengan Libya di utara Chad, menyerang sebuah pos perbatasan pada hari pemilihan dan kemudian maju ratusan kilometer ke selatan.

Tetapi militer Chad tampaknya telah berhasil memperlambat pergerakan pasukan pemberontak sekitar 300 km dari N'Djamena.

Senin, 19 April 2021 lalu, pihak pemberontak mengakui bahwa mereka menderita kerugian pada pertempuran hari Sabtu 17 April 2021, tetapi mereka mengatakan akan kembali bergerak pada hari Minggu dan Senin.

 Baca Juga: Hubungan Diplomatik AS – Rusia Terancam Retak, Putin Tawarkan Diskusi Langsung Soal Tuduhan Joe Biden

Chad memang terkenal sebagai salah satu negara yang sering mengalami fluktuasi politik.

Presiden Chad yang hobi berperang di garda terdepan itu bergabung dengan korps tentara pada tahun 1970-an ketika Chad mengalami perang saudara yang berkepanjangan.

Dia menerima pelatihan militer di Prancis dan kembali ke Chad pada tahun 1978, memberikan dukungannya kepada Presiden Hissène Habré dan akhirnya menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata.

 Baca Juga: Presiden Joe Biden Anggarkan 86 Juta Dollar untuk Tampung 1200 Migran Meksiko di Hotel, Diprotes Parlemen

Dia merebut kekuasaan pada tahun 1990 dengan memimpin tentara pemberontak yang berciri khas mengenakan penutup kepala gurun dalam serangan tiga minggu yang diluncurkan dari Sudan untuk menggulingkan Habre.

Habre adalah presiden Chad yang berkuasa saat itu, yang dituduh menjadi otak dari puluhan ribu pembunuhan politik.

Seperti paham dengan situasi politik di negaranya, selama menjabat, Deby juga telah berhasil melalui berbagai macam upaya kudeta dan pemberontakan.

 Baca Juga: Presiden Wanita Pertama Tanzania Samia Suluhu Hassan Gantikan John Magufuli yang Meninggal Dunia

Malangnya, kematiannya diumumkan sehari setelah dia dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden, yang berarti itu akan menjadi masa jabatannya yang keenam.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x