KABAR WONOSOBO – Kebencian pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un terhadap negara tetangganya yang serumpun, Korea Selatan memang telah nampak selama masa pemerintahannya.
Baru-baru ini, Kim Jong-Un kembali mengecam Korea Selatan, dalam kasus ini kebudayaannya.
Menurut Kim Jong Un , Budaya K-pop Korea Selatan adalah bagaikan sebuah “kanker ganas” yang merusak generasi muda Korea Utara.
Baca Juga: Pengakuan Kim Jong Un tentang Ekonomi Korea Utara, Berjuang Hadapi Situasi Terburuk Negaranya
Dilansir Kabar Wonosobo dari Channel News Asia, pernyataan itulah yang membuatnya tak segan memberikan hukuman bagi siapa saja yang menikmati hiburan asal Korea Selatan.
Hiburan Kpop dalam hal ini termasuk drama Korea Selatan, musik dan lain-lain yang kebanyakan memang berseberangan dengan apa yang ada di Korea Utara.
Selain itu, cucu dari Kim Il-Sung itu meminta kepada generasi muda di Korea Utara untuk tidak mengikuti gaya berpakaian, gaya rambut, gaya bicara, dan perilaku anak muda Korea Selatan.
Putra Kim Jong-Il itu beranggapan bahwa budaya dari selatan itu adalah budaya ‘anti-sosialis’.
Kim Jong Un menyebutkan bahwa jika hal itu dibiarkan maka Korea Utara akan hancur seperti ‘tembok yang lembab’.
Pemimpin Korea Utara itu mengancam bagi siapa saja yang melanggar aturan tersebut akan diganjar dengan hukuman kerja paksa 5-15 tahun di kamp.
Sementara itu, orang yang menyelundupkan konten hiburan Korea Selatan ke Korea Utara bisa dikenakan hukuman mati.
Hal tersebut telah terbukti saat beberapa waktu lalu terdapat warga Korea Utara yang dijatuhi hukuman mati karena dengan berani menyelundupkan konten yang diharamkan oleh otoritas Korea Utara tersebut.
Pun begitu, sejumlah pakar menyatakan kritik terhadap kebijakan Kim yang dianggap terlalu mementingkan hal remeh.
Padahal seperti diketahui, angka kemiskinan di Korea Utara sangatlah memprihatinkan dan sudah seharusnya dijadikan fokus kebijakan pemerintahan negara demokratik tersebut.
Sementara itu, pembelot Korut bernama Jung Gwang Il mengatakan bahwa propaganda Kim Jong Un ini dilakukan agar kekuasaan absolut keluarganya yang sudah bertahan selama tiga generasi itu tidak runtuh.***