Melalui akun Twitter resminya, Malala yang juga merupakan Duta Perdamaian PBB tersebut menyatakan bahwa keputusan Taliban atas larangan tersebut bukanlah hal baru.
“Ini memalukan dan bukan hal baru sama sekali. Dulu, Taliban sempat memperlakukan larangan sementara yang berlangsung lima tahun lamanya,” tulis Malala.
Malala menilai bahwa keputusan Taliban untuk melarang anak-anak perempuan kembali ke sekolah sebagai hal memalukan jelas bukan tanpa alasan.
Malala sendiri aktif sebagai seorang aktivis pendidikan bagi perempuan sejak bertahun-tahun silam.
Pada tahun 2014, ia bahkan mendapatkan Penghargaan Nobel atas perannya sebagai pejuang pendidikan bagi perempuan di Pakistan.
Malala yang kini aktif menyuarakan kesetaraan gender dan pendidikan bagi perempuan jelas memandang keputusan tersebut salah besar.
“Mereka sedang menguji tekad kita,” sambungnya.
Keputusan Taliban tersebut berhasil menjadikan Afghanistan sebagai satu-satunya negara yang melarang separuh populasi mereka untuk mengenyam pendidikan tingkat menengah.