KABAR WONOSOBO - Tim Asistensi Menko Perekonomian, Raden Pardede, menyampaikan pandangannya terkait kenaikan bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah.
Dia menyampaikan bahwa dulu pada tahun 80-90an, pemerintah Indonesia merupakan net exporter yang mengekspor produksi minyak sekitar 1,5 juta barrel per hari.
Namun, saat ini pemerintah hanya mengekspor minyak sekitar 600-700 barrel, menunjukkan adanya defisit yang sangat besar.
"Makanya kita keluar dari OPEC, kita bukan negara yang kaya raya," kata Raden Pardede dalam Indonesia Business Forum.
"Dengan keterbatasan itu kita net importer, kita lihat semua yang net importer sudah menaikkan harganya sejak bulan Februari yang lalu, dan itu sudah mereka naikan hampir dua kali lipat," sambungnya.
Dia menambahkan bahwa pemerintah sudah mencoba untuk absord, dan selama enam bulan ini melakukannya.
Baca Juga: Tim Asistensi Menko Perekonomian Sebut Kenaikan BBM Sudah Dikondisikan Jokowi
Raden Pardede mengingatkan bagaimana kondisi APBN selama tiga tahun ini, di mana sudah memberikan dana untuk pemulihan serta penanganan Covid-19 hampir 1,8-1,9 triliun.