Ini Penyebab Udara Panas Terjang Indonesia, Capai 37,2 Derajat Celcius

- 26 April 2023, 12:46 WIB
Ilustrasi./Penyebab udara panas di Indonesia.
Ilustrasi./Penyebab udara panas di Indonesia. /PMJNews

KABAR WONOSOBO - Bagi masyarakat Indonesia pasti merasakan suhu udara panas dalam sepekan terakhir. Namun meski begitu, keadaan ini bukanlah termasuk gelombang panas.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa memang benar jika sejak pekan lalu hingga hari ini, hampir sebagian besar negara-negara di Asia Selatan masih terdampak gelombang panas atau "heatwave".

Beberapa negara Asia yang terdampak adalah Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos telah melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40°C yang telah berlangsung beberapa hari belakangan dengan rekor-rekor baru suhu maksimum di wilayahnya.

Baca Juga: Harga Emas Batangan Antam Naik Hari Ini Rabu, 26 April 2023

Sementara BMKG Indonesia, mencatatkan suhu maksimum harian mencapai 37,2 Celcius melalui pengamatan stasiun BMKG di Ciputat pada pekan lalu yang terjadi pada tanggal 17 April 2023.

BMKG menyebut fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan bukan termasuk gelombang panas.

Udara panas di Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Ini menyebabkan potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Baca Juga: Siang Ini, PPP Umumkan Bakal Capres Pemilu 2024

Suhu tinggi tersebut sudah turun dan kini suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36°C di beberapa lokasi. Variasi suhu maksimum 34°C - 36°C untuk wilayah Indonesia masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Secara klimatologis, dalam hal ini untuk Jakarta, bulan April-Mei-Juni adalah
bulan-bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober-November.

BMKG juga menyinggung keterkaitan udara panas Indonesia dengan fluktuasi radiasi ultraviolet (UV) dari sinar matahari dengan mengatakan tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah.

Baca Juga: Rekomendasi Kuliner Sate Kerbau Khas Kudus Saat Mudik Lebaran

Faktor cuaca lainnya seperti berkurangnya tutupan awan dan kelembapan udara dapat memberikan kontribusi lebih terhadap nilai indeks UV.

BMKG mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik menyikapi informasi UV harian tersebut, serta mengikuti dan melaksanakan himbauan respon bersesuaian yang dapat dilakukan untuk kategori index UV.

Selain itu masyarakat juga dapat menggunakan perangkat pelindung atau tabir surya apabila melakukan aktifitas di luar ruangan.***

Editor: Arum Novitasari

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x