KABAR WONOSOBO – Badan intelijen Amerika Serikat (CIA) melalui mantan pejabat intelijennya mengungkapkan bahwa CIA berencana untuk menculik pendiri “Wikileaks” Julian Assange dan para jurnalis pembocor rahasia Amerika Serikat.
Untuk melaksanakan misi tersebut, CIA siap untuk bertempur dari kedutaan Ekuador di London untuk melawan agen-agen Rusia.
Rencana dari CIA tersebut diungkap dalam sebuah laporan pada Minggu, 26 September 2021 yang diterbitkan berdasarkan wawancara dengan 30 mantan pejabat Amerika Serikat (AS).
Badan investigasi CIA mengungkapkan kemarahannya terhadap publikasi dari Wikileaks tentang ribuan dokumen militer dan diplomatik yang bocor.
Dalam laporan tersebut diungkapkan bahwa AS telah meningkatkan keamanan nasionalnya untuk memerangi Wikileaks di bawah dua presiden AS berturut-turut.
Pada masa awal permusuhan tahun 2017, CIA berekspektasi agen-agen Rusia akan membantu Assange melarikan diri dari Kedutaan Besar Ekuador di London.
Dalam kontingensi seperti itu, Amerika Serikat bersama dengan Inggris berencana untuk terlibat dalam pertempuran jalanan melawan agen-agen Rusia.
Mereka pun berpotensi untuk memulai baku tembak, menabrak kendaraan diplomatik Rusia, atau menembaki ban pesawat Rusia untuk mencegahnya lepas landas.
Pada saat itu, Inggris menginginkan Assange untuk melewatkan jaminan dalam sidang ekstradisi atas permintaan Swedia dalam sebuah kasus yang telah digugurkan.
Baca Juga: Amerika Serikat, Inggris dan Australia bentuk Geng Kerja Sama Baru Bernama AUKUS. Untuk Lawan China?
Pada akhirnya, Assange diseret keluar dari Kedutaan Besar Ekuador dan saat ini tetap dalam tahanan di penjara Inggris dengan keamanan tinggi.
Sementara itu, CIA melanjutkan laporan yang mengatakan akan mempertimbangkan rencana untuk membunuh Assange dan anggota Wikileaks lainnya.
Atau, para agen CIA mempertimbangkan untuk menculik mereka dari kedutaan dan membawanya ke AS, atau pun menyerahkannya kepada pihak berwenang Inggris.
Wikileaks sebagai media massa internasional telah mendorong langkah-langkah ekstrem, salah satunya melalui publikasi “Vault 7” yang mengungkap perangkat serangan siber yang digunakan oleh agen-agen AS.
Kebocoran alat-alat itu merupakan penghinaan besar bagi intelijen AS sehingga CIA pun ingin membalas dendam kepada Assange.
Meski begitu, CIA tetap khawatir dengan rencananya tersebut karena dapat dianggap menjadi sebuah operasi yang ilegal menentang pemerintahan semenjak Donald Trump.
Hingga saat ini pihak AS mengajukan banding atas putusan pengadilan Inggris untuk mengekstradisi Assange atas tuduhan terkait peretasan dan proses persidangan terkait hal tersebut diperkirakan akan dilanjutkan bulan depan.***