Di kuburan Trunyan, mayat yang meninggal tidak dikubur melainkan dibiarkan tergeletak di atas tanah.
Mayat yang tergeletak tersebut hanya diberi pagar dari bambu dan aneka sajian yang diletakkan di samping jenazah tersebut.
Jika pada umumnya mayat akan berbau busuk ketika dibiarkan berhari-hari, berbeda dengan mayat yang berada di pemakaman Trunyan ini.
Baca Juga: Pelajari Kembali Sejarah Hari Raya Nyepi di Indonesia dan 4 Rangkaian Upacara Pentingnya
Meskipun dibiarkan dalam waktu yang lama mayat-mayat itu sama sekali tidak mengeluarkan bau busuk.
Hal ini bisa terjadi karena jenazah tersebut diletakkan di antara pohon taru menyan yang berbau harum.
Masyarakat setempat mempercayai bahwa aroma yang keluar dari pohon taru menyan inilah yang dapat menetralisir udara di sekitarnya.
Ternyata pohon taru menyan diperkirakan sudah berusia ribuan tahun dan ukuran pohon tersebut tidak banyak mengalami perubahan.
Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat Trunyan, dulunya pohon taru menyan itu mengeluarkan bau yang sangat wangi hingga mengganggu para warga.