Muncul banyak perdebatan terkait tradisi yang dianggap sebagai kekerasan terhadap binatang ini, aktivis hak-hak binatang juga mengecam tindakan ini.
Sea Shepherd sebagai organisasi konservasi laut menyebut acara tersebut sebagai perburuan tunggal terbesar lumba-lumba sisi putih dalam sejarah di Kepulauan Faroe.
Baca Juga: Memahami Makna Gugur Gunung, Tradisi Gotong Royong dalam Adat Masyarakat Suku Jawa
Perburuan terbesar kedua terjadi pada tahun 1940-an ketika lumba-lumba jenis yang sama dibantai.
“Ini mungkin perburuan cetacea terbesar yang pernah tercatat di seluruh dunia,” kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan setelah mengunggah video terkait pembantaian tersebut.
Dalam video itu menunjukkan ribuan mayat lumba-lumba berbaris di sepanjang pantai setelah perburuan.
Baca Juga: Keanehan Tabrakan di Utah Bikin Kewalahan Polisi, Pengemudi 9 tahun Ingin Renang dengan Lumba-lumba
Tampak air laut berwarna kemerahan akibat dari darah yang mengalir dari para lumba-lumba yang telah dibunuh.
Banyak lumba-lumba yang telah mati mempunyai luka-luka menganga yang besar yang diduga dari tusukan para pemburu.
Hingga Senin, 13 September 2021 malam waktu setempat, mayat lumba-lumba telah dikumpulkan dan ditumpuk dalam gundukan besar di pantai sebelum diangkut ke pabrik pengolahan atau dibuang.