Quotes Corat Coret di Toilet, Kumcer Karya Eka Kurniawan yang Angkat Isu Politik hingga Kemanusiaan

- 21 Oktober 2021, 21:19 WIB
Sampul kumcer Corat-Coret di Toilet karya Eka Kurniawan
Sampul kumcer Corat-Coret di Toilet karya Eka Kurniawan /Eka Kurniawan

KABAR WONOSOBO― Terdapat 13 cerita pendek dalam buku Corat-Coret di Toilet karya Eka Kurniawan.

Penulis novel Cantik Itu Luka tersebut membahas mengenai beragam isu di dalamnya, termasuk politik, kemanusiaan, hingga cinta dan pendidikan.

Berikut merupakan beberapa kutipan dari kumpulan cerita pendek Corat-Coret di Toilet karya Eka Kurniawan:

Baca Juga: Kutipan Semua Perempuan itu Pelacur dari Novel Cantik Itu Luka Viral, Eka Kurniawan Tanggapi Santai

  • “Lebih baik kita perang karena alasan yang lebih logis,” katanya. “Yakni karena pemerintah tak menangkapku, si pencuri buku perpustakaan.” (Judul cerpen: “Peter Pan”)
  • Kami mengangkat penguasa yang baru, tapi ia tak pernah dapat menyentuh kejahatan sang diktator, dan lebih menyedihkan, juga tak mampu mengembalikan Peter Pan kepada kami. (Judul cerpen: “Peter Pan”)
  • Penjahat besar yang keji, bengis, kotor dan bau neraka memang susah dikalahkan dan susah mati. (Judul cerpen: “Peter Pan”)

Baca Juga: VIRAL DI TWITTER! Novel Eka Kurniawan Sebut Semua Perempuan itu Pelacur, Fiersa Besari Buka Suara

  • Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet. (Judul cerpen: “Corat-Coret di Toilet”)
  • Semua orang tahu jatuh cinta seringkali membuat orang menderita. Cinta membuat orang begitu tolol, dungu dan bodoh. Tapi kadang cinta membuat seseorang juga menjadi pemberani. (Judul cerpen: “Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam”)
  • “Kau kan mahasiswa, sebaiknya membaca satu atau dua menit sebelum tidur.” (Judul cerpen: “Kandang Babi”)
  • Hidup di dunia dalam keadaan buruk, dan kalau mati kemungkinan besar masuk neraka. (Judul cerpen: “Kandang Babi”)

Baca Juga: Menyelami Realitas Eka Kurniawan Lewat Kumpulan Cerpen Corat-coret di Toilet, 13 Kisah Penuh Simbol dan Kritik

  • Dialah Edi Idiot. Menyelesaikan sekolah dasar selama sembilan tahun, sekolah menengah pertama empat tahun, dan sekolah menengah atas selama lima tahun; hanya Tuhan yang tahu bagaimana orang yang menurut sistem pendidikan nasional dibilang goblok ini bisa masuk universitas. Itulah mengapa ia mendapat gelar idiot, semakin terlihat idiot ketika ia kuliah di filsafat dan tak tahu tanggal berapa Aristoteles lahir! Namun diatas semuanya, ia sahabat yang menyenangkan: tak pernah malu pinjam uang, matanya melotot jika bicara dengan seorang gadis yang kebetulan kancing kemejanya sedikit terbuka, dan tidur di ruang kuliah (ia baik karena tidak mengganggu sang dosen menjual omongan yang selalu diulang di setiap semester, bukan?). (Judul cerpen: “Kandang Babi”)***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: Buku "Corat-Coret di Toilet"


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x