KABAR WONOSOBO― Ayu Utami merupakan salah satu sastrawan wanita berpengaruh di Indonesia.
Melalui dwilogi Saman-Larung yang diterbitkan pertama kali pada April 1998 dan November 2001, Ayu Utami mengukuhkan diri sebagai pionir sastra wangi di Indonesia.
Saman ditulis terlebih dahulu dan berhasil memenangkan sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 1998 silam.
Baca Juga: Ini Lima Sastrawan Perempuan Berpengaruh, dari Dee Lestari hingga Leila S. Chudori
Menyusul kemudian, buku kedua yaitu Larung diterbitkan tahun 2001 dan kembali menceritakan petualangan Saman.
Berikut merupakan kutipan dari novel Saman dan Larung yang sayang untuk tidak dilirik:
- Apakah Tuhan memerintahkan lelaki dan perempuan untuk mencintai ketika mereka kawin? Rasanya tidak.
Baca Juga: Ayu Utami Bedah Sisi Kelam Manusia dengan Lugas Lewat Dwilogi Novel Saman dan Larung
- Dunia ini penuh dengan orang jahat yang tidak dihukum. Mereka berkeliaran. Sebagian karena tidak tertangkap, sebagian lagi memang dilindungi, tak tersentuh hukum atau aparat.
- Tak pernah ada yang salah dengan cinta. Ia mengisi sesuatu yang tidak kosong.
- Sebab sebuah karya tak harus lahir dari perasaan yang sama atau yang bersetuju. Ia adalah muara dari sungai-sungai, yang sebagian mengandung polusi, juga bangkai.
- It is better to light the candle than just to curse the darkness.
- Luar biasa, sahutku, saya baru tahu Indonesia punya presiden. Saya bahkan baru tahu bahwa Indonesia adalah negara.
- Sebab, Nak, kanak-kanak adalah sebuah keberadaan yang berdiri sendiri, terpisah dari kedewasaan. Ia bukan sekadar bagian dari proses menjadi matang, sebab apakah kematangan itu jika bukan proses menjadi mati? Kanak-kanak adalah dunia mandiri, dengan bahasanya sendiri. Ia bukan persiapan menuju sebuah puncak sebab puncak itu tak ada. Masa adalah jutaan kepisahaan, bukan kelanggengan.
Baca Juga: Resensi Novel Populer ‘Magdalena’, Kapal Van Der Wijck Pernah Dituduh Memplagiasinya