Selain itu, Lupercalia merupakan tradisi nenek moyang Romawi Kuno yang dianggap tidak bermoral.
Tradisi itu bahkan tidak melambangkan kehangatan atau kasih sayang sama sekali yang identik dengan hari Valentine.
Masyarakat pagan Romawi merayakan festival ini pada tanggal yang berdekatan dengan hari Valentine modern, yakni 15 Februari.
Alih-alih bernuansa kasih sayang atau asmara, perayaan Lupercalia pada masanya lebih sering diasosiasikan dengan darah, pengorbanan hewan, hingga perjodohan acak.
Perjodohan yang dilakukan secara acak ini disebut memiliki tujuan untuk menghalau roh jahat dan ketidaksuburan.
Festival ini juga disebut sebagai hari kesuburan, dimana masyarakat Romawi melakukan persembahakan kepada Dewa Lupercus.
Dewa Lupercus yang dianggap sebagai dewa kesuburan dan digambarkan memakai pakaian dari kulit kambing.
Dalam upacara penyucian pendeta, Lupercus meminum anggur dan memotong kambing kemudian berlari keliling kota dan menyentuh siapapun.