Ada Air Melimpah di Permukaan Mars 3 Miliar Tahun Lalu Namun Menghilang, ini Sebabnya

21 Maret 2021, 16:55 WIB
Ilmuwan NASA tengah membahas mengenai ekspedisi di permukaan Mars dari angkapan Layar Kanal Youtube NASA /Youtube.com/NASA

 

KABAR WONOSOBO - Mars, berdasarkan penelitian terkini, ternyata pernah menjadi planet yang memiliki banyak air di permukaannya.

Tapi keadaan tersebut berubah secara dramatis Miliaran tahun yang lalu, meninggalkan penampakan Mars seperti yang kita kenal saat ini.

Para peneliti pekan ini mengatakan bahwa sekitar 30% dan 99% dari air itu sekarang mungkin terperangkap di dalam mineral di kerak Mars.

 Baca Juga: Mars Bisa Diubah Jadi Mirip Bumi, ‘Terraforming’ Jadi Alasan Lain Mengapa Red Planet Mungkin Dihuni (Bagian 2)

Teori ini bertentangan dengan anggapan lama yang menyatakan bahwa air yang melimpah itu hilang begitu saja ke luar angkasa dengan melarikan diri melalui atmosfer Mars.

Dilansir Kabar Wonosobo dari Reuters, diungkapkan Eva Scheller, seorang kandidat PhD dari Institut Teknologi California yang juga penulis utama Studi Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) membeberkan penemuan tersebut di Jurnal Science yang terbit Selasa, 16 Maret 2021 lalu.

 “Kami menemukan bahwa sebagian besar air Mars hilang ke kerak. Air hilang 3 miliar tahun yang lalu, yang berarti Mars telah menjadi planet kering seperti sekarang ini selama 3 miliar tahun terakhir, "kata Eva.

Baca Juga: Elon Musk Bersiap Dirikan ‘Negara’ di Mars! Inilah Beberapa Alasan Planet Merah Layak Untuk Dihuni (Bagian 1)

Di awal sejarahnya, Mars mungkin memiliki air dalam bentuk cair di permukaannya yang volumenya kira-kira setara dengan setengah dari Samudera Atlantik.

Air dalam jumlah itu cukup untuk menutupi seluruh planet dengan air yang mungkin sedalam hampir satu mil atau sekitar 1,5 kilometer.

Air terdiri dari satu oksigen dan dua atom hidrogen. Jumlah isotop hidrogen, atau varian, yang disebut deuterium yang ada di Mars memberikan beberapa petunjuk tentang hilangnya air di permukaan Mars.

Baca Juga: Apa Sebenarnya Gravitasi? Ini Besar Gaya Gravitasi yang Mampu Ditoleransi Manusia di Planet Lain

Tidak seperti kebanyakan atom hidrogen yang hanya memiliki satu proton di dalam inti atomnya, deuterium atau ‘hidrogen berat’ mengandung proton dan neutron.

Hidrogen biasa bisa lebih mudah lepas melalui atmosfer ke luar angkasa daripada deuterium.

Menurut para ilmuwan, Kehilangan air melalui atmosfer akan meninggalkan rasio deuterium yang sangat besar dibandingkan dengan hidrogen biasa.

Baca Juga: NASA Kirim 2 Piringan ‘Emas’ Berisi Foto dan Suara untuk Alien yang Menemukan Voyager

Para peneliti menggunakan model yang mensimulasikan komposisi isotop hidrogen dan volume air Mars.

“Ada tiga proses utama dalam model ini: masukan air dari proses vulkanik, air hilang ke ruang angkasa, dan air hilang ke kerak. Melalui model ini dan mencocokkannya dengan kumpulan data isotop hidrogen kami, kami dapat menghitung berapa banyak air yang hilang ke ruang angkasa dan kerak, ”kata Eva Scheller.

Para peneliti menyebutkan bahwa banyak dari air di Mars tidak benar-benar meninggalkan planet ini, melainkan terperangkap dalam berbagai mineral yang mengandung air sebagai bagian dari struktur mineralnya, khususnya tanah liat dan sulfat.

Baca Juga: VOC Berdiri 20 Maret 1602, Perusahaan Multinasional Pertama di Dunia yang Bangkrut dengan Utang 137 Gulden

Air yang terperangkap ini, meski tampak berlimpah jika diambil secara keseluruhan, mungkin tidak menyediakan sumber daya praktis untuk misi astronot ke Mars di masa mendatang.

“Jumlah air di dalam batuan atau mineral sangat kecil. Anda harus memanaskan banyak batu untuk melepaskan air dalam jumlah yang cukup banyak, ”kata Eva Scheller.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: REUTERS NASA

Tags

Terkini

Terpopuler