Resensi Buku: Aku, Sjuman Djaya Ceritakan Perjalanan Hidup Chairil Anwar

22 September 2021, 17:10 WIB
Sampul depan buku Aku karya Sjuman Djaya. /Arum Novitasari./Kabar Wonosobo.

KABAR WONOSOBO - Nama Chairil Anwar tidak lagi asing bagi para pecinta puisi di Indonesia. Kerap dianggap seniman yang liar, tidak dapat dipungkiri puisi-puisinya begitu membekas di kalangan pecinta puisi pada zamannya.

Chairil Anwar juga menjadi penyair favorit tokoh Rangga dalam film Ada Apa Dengan Cinta, yang diperankan Nicolas Saputra dan Dian Sastrowardoyo. Dalam film ini Rangga sering membawa buku Aku karya Sjuman Djaya. 

Penyair kelahiran Medan, 22 Juli 1922 ini dikenal dengan sebutan Si Binatang Jalang dalam puisi Aku. Bahkan dibuat buku dengan judul yang sama oleh Sjuman Djaya.

Baca Juga: Resensi Novel Populer ‘Magdalena’, Kapal Van Der Wijck Pernah Dituduh Memplagiasinya

Chairil menjadi salah satu penyair yang mati muda pada 28 April 1949 yakni diusia 26 tahun. Dia merupakan pelopor Angkatan 45 dan puisi modern Indonesia.

Buku Aku, Sjuman Djaya tersebut bukanlah kumpulan puisi, namun sebuah skenario film berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar, meski hingga kini belum belum ada film yang menggunakan naskan ini.

Dalam buku Aku, di bagian awal dibuka dengan Chairil Anwar yang digambarkan Sjuman Djaya seperti seekor kuda paling binal, berbulu putih dan rambut kuduk tergerai, berlari di pusat kota Jakarta. Tidak peduli pada yang ada, sekelilingnya, juga tidak pada manusia.

Baca Juga: Sejarah Suku Dayak Kalis, Kenali Suku Asli Kalimantan Barat yang Jarang Diangkat di Buku Sejarah

Dia meringik alangkah dahsyatnya, menapak dan mengepak alangkah merdekanya. Dunia ini seolah menjadi miliknya dan sekaligus seolah bicara:

 

"Kalau sampai waktukku

Kumau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

 

Biar peluru menembus kulitku

Aku akan meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari, berlari

Hingga hilang pedih peri...,

 

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup

Seribu tahun lagi!"

Baca Juga: 5 Judul Buku Best Seller yang Diangkat ke Film, Salah Satunya Jadi Film Terlaris Kedua Sepanjang Masa

Bagi sebagian orang, Chairil dianggap sebagai penyair tanpa basa basi. Bahasa lugas dan tegas tanpa hiasan. Puisi kerap menjadi kritik dari kondisi Indonesia pada zaman itu.

Selain puisi Aku, karya puisi Chairil yang lainnya, juga dinarasikan di buku Sjuman Djaya sehingga menjadi alur yang menggambarkan perjalanan hidup Chairil.

Sebagai penyair semasa hidupnya justru karya-karyanya tidak dihargai oleh kritikus seni pada zamannya. Barulah setelah dia tiada, justru karya-karyanya menjadi legenda dan menjadi ujung tombak kebangkitan seni saat itu. 

Baca Juga: Bicara Femisnisme Lewat Buku, Kalis Mardiasih Mendebat Hubungan Jilbab dan Kesalihan Perempuan

Selain dibukukan oleh Sjuman Djaya, mungkin kalangan 90an juga pernah mendengar nama Chairil Anwar saat di film Ada Apa Dengan Cinta.

Bahkan salah satu kalimat terbaik dari puisi Chairil yang menjadi salah satu ciri khas film AADC tersebut. Kalimat ini dibaca oleh Rangga dan Cinta bersamaan.

"Bukan maksudku mau berbagi nasib,

Nasib adalah kesunyian masing-masing,”

Selengkapnya kisah hidup Chairil Anwar dapat dibawa dalam buku Aku karya Sjuman Djaya.***

Editor: Arum Novitasari

Tags

Terkini

Terpopuler