Sama-Sama Disebarkan oleh Tikus, Ini Perbedaan Penyakit Pes dengan Leptospirosis yang Merebak di Jawa Timur

9 Maret 2023, 09:17 WIB
Sebab penyakit leptospirosis salah satunya berasal dari makanan tikus yang terkena bakteri Leptospira /Alexa Fotos/

KABAR WONOSOBO - Penyakit pes dan leptospirosis terkadang dianggap sebagai penyakit yang sama oleh masyarakat awam karena keduanya disebarkan oleh tikus. 

Meski sama-sama disebarkan oleh tikus, namun sesungguhnya penyakit pes dan leptospirosis merupakan penyakit yang sangat berbeda. 

Penyakit pes pernah mewabah di Eropa pada 1400 dengan sebutan Black Death, sedangkan Leptospirosis saat ini sedang menjadi perbincangan karena dilaporkan telah menelan 9 korban jiwa selama awal 2023 hingga 5 Maret 2023 di daerah Jawa Timur. 

Baca Juga: Waspadai! Wabah Leptospirosis Merebak di Jawa Timur, Infeksi Ratusan Warga

Penyebab yang Berbeda

Sama-sama disebarkan oleh tikus, namun penyebab utama dari penyakit pes dan leptospirosis sangatlah berbeda. 

Baik pes maupun leptospirosis disebabkan oleh bakteri, namun keduanya berasal dari genus yang berbeda. 

Pes atau dikenal dengan penyakit sampar disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang terdapat pada kutu yang mendiami tubuh tikus. 

Sedangkan Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang terdapat pada urin tikus dan dapat bertahan di air maupun tanah selama beberapa minggu. 

Tidak melulu disebabkan oleh tikus, bakteri Leptospira juga ditemukan pada hewan ternak, babi, anjing, dan hewan liar. 

Baca Juga: Waspada Leptospirosis! Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya 

Cara Penularan

Penyakit pes dapat ditularkan melalui gigitan kutu, sentuhan dengan cairan yang terkontaminasi dengan bakteri Yersinia pestis, bahkan melalui percikan batuk orang yang terinfeksi pes. 

Pes atau sampar umumnya terjadi di daerah pedesaan dan semi pedesaan di Amerika Serikat bagian barat, terutama di hutan dataran tinggi dan padang rumput dimana ditemukan banyak hewan pengerat. 

Leptospirosis menjangkit manusia melalui kontak dengan urin atau cairan tubuh lain dari hewan yang telah terinfeksi. 

Baca Juga: WASPADA! Penipuan dengan Modus Pemblokiran IndiHome, Pelaku Gunakan Customer Service Palsu

Manusia bisa terinfeksi bakteri Leptospira melalui makanan, air, maupun tanah yang telah tercemar urin tikus. 

Bakteri Leptospira bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit dan selaput lendir (mata, hidung, dan mulut), terutama pada kulit yang terluka. 

Di Indonesia sendiri, Leptospirosis sering ditemukan pada daerah yang terkena banjir, karena umumnya air banjir telah terkontaminasi dengan bakteri Leptospira yang berasal dari urin hewan pengerat. 

Baca Juga: Kapolda Jateng Tegaskan Jebakan Tikus Beraliran Listrik di Sawah Ilegal

Gejala Penyakit

Pes:

  • Demam

  • Menggigil

  • Lelah

  • Nyeri otot

  • Sakit kepala

  • Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha

  • Mimisan

  • Kematian jaringan tubuh

Baca Juga: Tarzan Asal Vietnam Ini Telah Hidup 41 Tahun di Hutan dengan Memakan Tikus dan Kelelawar

Leptospirosis 

  • Demam tinggi

  • Sakit kepala

  • Menggigil

  • Sakit otot

  • Muntah

  • Penyakit kuning

  • Sakit perut

  • Ruam

  • Diare  

Baca Juga: Kenali Penyebab dan Gejala Pendarahan Otak, Penyakit yang Serang Indra Bekti dan Tukul Arwana

Pencegahan Pes dan Leptospirosis 

Pes dan leptospirosis dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani dengan baik. 

Pada kasus parah, pes dan leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ, terutama ginjal dan hati. 

Namun kedua penyakit yang disebarkan oleh tikus ini bisa dicegah dengan melakukan pola hidup bersih dan sehat. 

Baca Juga: Selain Demam Keong, 4 Penyakit Ini Terjadi di Negara Tropis seperti Indonesia

Rajin membersihkan tangan dan kaki setelah berkontak dengan air maupun tanah. Rutin membersihkan rumah agar tikus tidak bersarang di dalam rumah. 

Jika memiliki hewan peliharaan, usahakan untuk menggunakan alat pelindung ketika berkontak dengan hewan yang sakit. 

Jika mengalami gejala-gejala seperti disebutkan di atas, maka segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan sedini mungkin. ***

 

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: CDC

Tags

Terkini

Terpopuler