Menyelami Realitas Eka Kurniawan Lewat Kumpulan Cerpen Corat-coret di Toilet, 13 Kisah Penuh Simbol dan Kritik

- 1 April 2021, 16:01 WIB
Sampul Buku Kumpulan cerpen Corat-coret di Toilet karangan Eka Kurniawan 2014.
Sampul Buku Kumpulan cerpen Corat-coret di Toilet karangan Eka Kurniawan 2014. /blog.mizanstore.com

Seperti tengah menggambarkan bagaimana ‘baik’ dinding toilet yang mau mendengar aspirasi sampai dijadikan tempat para penyair menulis karyanya yang ditolak penerbit.

Baca Juga: Penjualan Manga Cetak Mulai Lesu, Manhwa Korea dan Web Comic China Mulai Ambil Alih Tahta Manga Jepang

Menyuarakan yang tidak mampu bersuara lewat kritik senyap

Corat-Coret di Toilet terang-terangan menyajikan ironi bagaimana masyarakat kecil (tergambar menjadi para pengunjung toilet tersebut) susah sekali untuk mendapat perhatian atas aspirasi mereka.

Hingga sampai menjadikan dinding toilet sebagai sarana untuk bersuara. Hingga kemudian, dinding tersebut dicat ulang. Namun, tulisan-tulisan serupa kembali berdatangan dan kian ramai.

“Tulisan pertama berbunyi: “Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet,” kutipan halaman 29.

Baca Juga: Diskriminasi Pada Perempuan Diangkat di Novel Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982, Karangan Cho Nam Joo

Sindiran yang turut pula mengingatkan pembaca kepada salah satu kutipan dari novel karya Leila S. Chudori berjudul Laut Bercerita.

“DPRD dan DPR selama ini adalah septic tank, tempat penampungan belaka.”

Cerita-cerita selanjutnya, Eka Kurniawan berhasil mengangkat tema yang sebenarnya sederhana. Namun, dengan kepiawaiannya, mampu mengubah cerita bertema sederhana tersebut menjadi problem kemanusiaan yang layak untuk dipelajari.

Halaman:

Editor: Erwin Abdillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah