Memaknai Cinta Tak Biasa lewat Kisah Asmara Raras dan Galih dalam Novel Ratih Kumala, Tabula Rasa

- 8 April 2021, 02:00 WIB
Ilustrasi membaca Tabula Rasa karangan Ratih Kumala. Dari tangkapan layar akun Instagram @gadiskretek.
Ilustrasi membaca Tabula Rasa karangan Ratih Kumala. Dari tangkapan layar akun Instagram @gadiskretek. /Instagram.com/ @gadiskretek

Dua tokoh tersebut menjadi Point of View di cerita ini, sehingga ‘rasa’ yang ditimbulkan ketika membaca kisah keduanya juga lebih mengena.

Meskipun pada awalnya masih agak kurang ‘sreg’ karena setting yang digunakan, entah itu waktu dan tempat, sering berubah-ubah. Dari Jerman ke Jogja, ke Jakarta.

Terlebih, di tahun yang berbeda pula. Namun, kesabaran untuk menemukan inti dari Tabula Rasa ternyata tidak sia-sia. Novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca.

Baca Juga: Sinopsis Novel Amba Karangan Laksmi Pamuntjak Sajikan Roman hingga Nilai Moralitas dan Sejarah Bangsa

Bagaimana penggambaran Raras yang kemudian memilih untuk tetap mempertahankan kata hatinya, menjadi seorang lesbian dan meninggalkan Galih, sejujurnya memang adil.

Pendapat mengenai ‘manusia normal’ pada dasarnya tidak memiliki andil apapun untuk kehidupan seseorang. Keteguhan Raras untuk memilih ‘hidupnya’ patut diacungi jempol.

Sedangkan Galih, ia juga sebenarnya agak kurang pas bila menjadikan Raras hanya sebagai ‘pengobat’ di kala Krasnaya sedang tidak teringat.

Baca Juga: Menyelami Realitas Eka Kurniawan Lewat Kumpulan Cerpen Corat-coret di Toilet, 13 Kisah Penuh Simbol dan Kritik

Karena, diceritakan bahwa Galih masih terus merindukan sosok Krasnaya. Hal itu, tentu tidak akan adil bila Galih-Raras tetap berhubungan. Galih yang tidak akan sepenuhnya mencintai Raras karena masih mencintai Krasnaya.

Lalu, Raras yang tidak akan sepenuhnya mencintai Galih karena ia memang tidak memiliki perasaan yang lebih.

Halaman:

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: ratihkumala.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah