Network
Proses penggarapan album juga dilakukan secara mandiri dan menggandeng musisi, hingga seniman lain dalam pembuatan merchandise album.
“Semua ini kami kerjakan sendiri, DIY banget. Mulai dari biaya rekaman sampai launching baru nanti untuk video klip. Kami tidak bekerjasama dengan label dan di album kaset ini kami tuliskan GB Record. Hari ini sudah sangat mudah dalam berkarya terutama untuk rilis karya digital kalau terbatas di fisik. Bahkan ada vendor yang menyediakan jasa untuk rilis fisik kaset dan CD dengan harga terjangkau. Sehingga rilisan fisik sekarang tren lagi,” tuturnya.
Baca Juga: Prediksi Plot dan Waktu Rilis Film Final Destination 6 yang Masih Rahasia
Rencana roadshow dan pengenalan album akan ditampilkan dalam beberapa pensi dan gigs di luar kota seperti di Malang, Magelang, dan sekitarnya. Nantinya harapannya akan ada rangkaian tour.
"Apresiasi penonton dan pendengar di acara-acara gigs sangat terasa. Ketika mereka datang ke acara untuk menonton seluruh rangkaian acara, tidak hanya satu band. Bahkan ketika ada gigs di luar kota mereka juga meluangkan waktu untuk datang," katanya.
Para pendengar Gamma Blaster berasal dari usia 20 hingga 30 tahun meskipun ada yang lebih muda atau lebih di atasnya. Banyaknya festival di paskapandemi yang memberikan ruang tampil. Banyak band hardcore dari banyak Negara yang produktif di mas apandemi, seperti halnya Gamma Blaster yang menggarap ini di masa pandemic.
Gamma Blaster lahir sejak 12 tahun yang lalu dan sepanjang 12 tahun masa berkarya sudah menelurkan 17 lagu. Salah satu lagu dari 2011 bertajuk Pride of Minority juga masuk dalam playlist di album terbarunya Resurrection. Para anggota band juga menyebut bahwa membawakan lagu sendiri dirasa lebih nikmat, apalagi ikut dinyanyikan para penonton di gigs.
Baca Juga: Bundengan dan Topeng Lengger Wonosobo Tampil di Borsang Umbrella Festival Chiang Mai Thailand
Untuk pembelian kaset pita, merchandise serta informasi tentang band, bisa langsung dibuka di akun IG @gammablaster.dsf.
***
