Pemanasan Global: Perairan Tropis Menghangat, Beberapa Spesies Ikan Menjauh dari Laut Khatulistiwa

9 April 2021, 05:05 WIB
Para pemancing cakalang di Indonesia, dari tangkapan layar kanal Youtube Sahabat Bahari. /Youtube.com/ Sahabat Bahari

 

KABAR WONOSOBO - Ribuan spesies termasuk ikan laut yang hidup di perairan tropis sekitar garis khatulistiwa dipaksa menyingkir ke arah kutub karena air yang semakin menghangat.

Para ilmuwan mengamati eksodus massal dari biota yang hidup di sekitar khatulistiwa, yang mana hal tersebut mengancam ekosistem laut dan mata pencaharian orang-orang yang bergantung padanya.

Senin 5 Maret 2021, para peneliti dalam Proceedings of the National Academy of Sciences of The United States of America (PNAS) mengungkapkan bahwa selama 60 tahun penelitian hingga 2015 terjadi percepatan eksodus dari perairan tropis khatulistiwa pada hampir 50.000 spesies.

Baca Juga: Update Badai Siklon NTT: Kapal Motor Penumpang Jatra I Tenggelam di Perairan Kupang, Tidak Ada Korban Jiwa

Para penulis dalam jurnal tersebut memperingatkan, daerah tropis telah lama menyimpan proporsi kehidupan laut yang sangat besar, tetapi keanekaragaman tersebut dapat hilang jika perubahan iklim tidak  segera diatasi.

"Pemanasan global telah mengubah kehidupan di lautan setidaknya selama 60 tahun," kata Mark Costello, penulis senior dan seorang profesor biologi kelautan di Universitas Auckland.

"Temuan kami menunjukkan penurunan sekitar 1.500 spesies di ekuator, ini akan terus berlanjut sepanjang abad, tetapi kecepatannya akan bergantung pada bagaimana kita mengurangi emisi gas rumah kaca atau tidak," tambah Mark.

Baca Juga: Pengguna Lagu Bisa Kena Royalti, Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Hak Cipta Lagu Diteken,

Dilansir Kabar Wonosobo dari The Straits Times, migrasi ke arah kutub lebih terlihat di utara ekuator, di mana lautan menghangat lebih cepat daripada di belahan bumi selatan.

Migrasi juga lebih umum terjadi pada ikan di perairan terbuka daripada spesies yang hidup di dasar laut.

“Spesies bentik hanya dapat bergerak selama tahap kehidupan terapung mereka, dan dengan demikian pergerakan mereka ke kutub terjadi saat berganti generasi,” jelas Mark Costello.

Baca Juga: Indonesia Gandeng China pada Kerja Sama Inisiatif Pusat Vaksin Asia Tenggara

Sebaliknya, spesies yang hidup di laut lepas dapat bergerak bersama massa air di sepanjang hidupnya.

Studi menemukan, kehidupan laut di perairan tropis menurun ketika suhu laut rata-rata tahunan naik di atas 20 hingga 25 derajat Celcius, tergantung pada spesiesnya.

"Spesies tropis yang menghilang kemungkinan besar berpindah mengikuti habitat termal mereka saat perairan subtropis menghangat," kata David Schoeman, salah satu penulis yang juga profesor ekologi di Universitas Nelson Mandela di Port Elizabeth, Afrika Selatan.

Baca Juga: Paska Kebakaran Refinery Balongan, Pertamina Tanggapi Hoax Kelangkaan Bahan Bakar, Jangan Ada Panic Buying

Catatan fosil menunjukkan bahwa hal yang sama terjadi 140.000 tahun yang lalu, terakhir kali suhu permukaan global sepanas sekarang.

Berdasarkan data di Sistem Informasi Keanekaragaman Hayati Laut, studi statistik tidak mempelajari bagaimana spesies individu beradaptasi dengan lingkungan baru. Hanya saja secara umum, spesies perairan terbuka cenderung hidup lebih baik.

Pun begitu, dampak terhadap persediaan ikan komersial di daerah tropis juga tidak diatasi, meskipun jelas bagian dunia mana yang akan terkena dampak paling parah.

Baca Juga: Kenali Profil Anggia Tesalonika Kloer, Sekretaris Pribadi Edhy Prabowo yang Katanya Dapat Fasilitas Mewah

"Indonesia dan negara-negara lain di dekat ekuator, seperti Afrika Barat, paling merugi karena stok mereka jelas akan berkurang karena tidak ada spesies baru yang menggantikan spesies yang pergi,” kata Mark Costello.

Di seluruh dunia, sekitar 1,3 miliar orang tinggal di daerah pesisir tropis, banyak diantaranya bergantung pada perikanan untuk makanan.

Sebuah artikel memperkirakan bahwa potensi tangkapan maksimum dari stok ikan tropis di zona ekonomi eksklusif yang areanya berada dalam 200 mil laut (370 kilometer) dari pantai akan menurun 40% pada pertengahan abad jika pemanasan global terus berlanjut.

Baca Juga: Sinopsis Laut Bercerita Karya Leila S Chudori, Kisah Pilu Biru Laut yang Rekam Masa Kelam Orba

Menurut peneliti, di sebagian besar negara kepulauan Pasifik, tangkapan dua ikan yang paling banyak diekspor yaitu cakalang dan tuna sirip kuning diprediksi akan turun hingga 40%.

Sementara itu, persentase ikan terumbu karang yang dikonsumsi secara lokal bisa jadi turun lebih banyak lagi.***

 

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: straitstimes.com

Tags

Terkini

Terpopuler