KABAR WONOSOBO ― Kurang lebih sebulan lalu, Taliban tidak lagi memperbolehkan pendidik dan pelajar perempuan Afghanistan untuk kembali ke sekolah.
Malala Yousafzai, aktivis kesetaraan gender dan pendidikan terhadap anak-anak perempuan pun angkat suara mengenai “tragedi” tersebut.
Melalui akun Instagram resminya, Malala mengajak penduduk internasional untuk memberikan surat terbuka bagi Taliban untuk kembali memperbolehkan anak perempuan di Afghanistan kembali ke sekolah.
“Para pemimpin di mana pun mereka berada harus mengambil tindakan tegas dan medesak agar anak-anak perempuan di Afghanistan kembali ke sekolah,” tulis Malala seperti dilansir oleh Kabar Wonosobo melalui akun Instagram @malala pada tanggal 18 Oktober 2021.
Baca Juga: Taliban Larang Anak Perempuan Afghanistan Sekolah, Malala Yousafzai Sebut itu Memalukan
Melalui unggahan tersebut, Malala mengajak publik internasional untuk mengambil andil dalam upaya pemberhentian pengekangan pendidikan anak-anak perempuan Afghanistan.
Melalui tautan yang dapat diakses dengan mengunjungi laman bio Instagram Malala, publik di seluruh internasional dapat membantu kampanye tersebut.
Bentuk protes berbentuk surat terbuka tersebut setidaknya diarahkan kepada tiga pihak.
Pertama ditujukan kepada Taliban untuk segera memperbolehkan kembali anak-anak perempuan Afghanistan kembali ke sekolah.
Baca Juga: Utusan Khusus Inggris Bertemu dengan Perwakilan Taliban Bahas Krisis di Afghanistan
Kedua, para pimpinan negara G20 untuk mendesak Taliban agar membuka kembali sekolah bagi anak-anak perempuan. Termasuk di dalamnya yaitu mendukung pendidikan bagi anak-anak di Afghanistan.
Ketiga, para pemimpin negara-negara Islam agar mengeluarkan pernyataan tertulis mengenai kewajiban Muslim memberikan pendidikan terhadap perempuan.
Dilarangnya pendidikan bagi anak-anak perempuan di Afghanistan sendiri dinilai melanggar tuntutan Islam yang mewajibkan pendidikan bagi seluruh umat.
Selain itu, tindakan Taliban yang dinilai Malala sebagai suatu yang “memalukan” tersebut menjadikan Afghanistan sebagia satu-satunya negara di dunia yang melarang pendidikan bagi kaum perempuan.***