Ada Gelombang Islamofobia di Swiss, Disusul Rencana Referendum Melarang Pakai Cadar di Tempat Umum

- 6 Maret 2021, 19:32 WIB
Salah satu poster yang mengampanyekan stop ekstremisme di tengah isu pelarangan penggunaan niqab di tempat umum.
Salah satu poster yang mengampanyekan stop ekstremisme di tengah isu pelarangan penggunaan niqab di tempat umum. /Reuters

Kabar Wonosobo – Swiss berencana akan melakukan referendum tentang cadar pada Minggu 7 Maret 2021. Rencana tersebut merupakan bentuk respon terhadap tingginya angka islamofobia yang kian berkembang di tengah masyarakat Eropa dewasa ini.

Partai Rakyat Swiss (SVP) yang berhaluan kanan beberapa waktu membuat kampanye untuk melarang penggunaan penutup wajah dikenakan di tempat umum.

Dari jajak pendapat yang telah diselenggarakan menunjukkan bahwa ternyata sebagian besar warga Negara produsen jam super mewah itu mendukung usulan tersebut.

Baca Juga: New Zealand Diguncang Gempa hingga 8,1 SR, Warga Masih Khawatir Ada Potensi Tsunami

Walter Wobmann, anggota Parlemen dari SVP yang juga Ketua Komite Referendum tersebut menyebutkan bahwa tradusu du Swiss yang umum dilakukan adalah membuka atau menunjukkan wajah.

 “Di Swiss, tradisi kami adalah menunjukkan wajah anda. Itu adalah tanda kebebasan dasar kami,” kata Walter Wobmann.

Wobmann menambahkan, pemungutan suara tersebut bukan sebagai bentuk menentang islam. Penutup wajah menurutnya adalah simbol Islam sebagai sebuah gerakan politik yang ekstrem dan semakin menonjol di Eropa, dan ekstremisme dalam bentuk apapun tidak mendapat tempat di Swiss.

Baca Juga: Helikopter Militer Turki Jatuh, 11 Orang Tewas, Diduga Karena Cuaca Buruk

Sebelumnya, pada tahun 2011 Prancis telah mengeluarkan aturan untuk melarang penggunaan kerudung seluruh wajah di depan umum. Denmark, Austria, Belanda, dan Bulgaria juga menerapkan pelarangan baik penuh maupun sebagian terhadap penggunaan penutup wajah di tempat umum.

Penduduk Swiss berjumlah 8,6 juta jiwa dan ada sejumlah 5,2% beragama Islam atau Muslim. Muslim di Swiss sebagian besar berasal dari Turki, Bosnia dan Kosovo. Sejauh ini belum ada satu orang Swiss pun yang menggunakan burqa.

KabarWonosobo.com melansir pemberitaan oleh Daily Sabah pada kamis 4 Maret 2021 lalu yang menyebutkan bahwa Muslim Swiss menganggap partai sayap kanan seperti SVP menggunakan pemungutan suara seperti ini untuk membuat citra buruk terhadap muslim.

Baca Juga: Badai Salju Melanda Amerika Serikat, Puluhan Orang Meninggal dan Jutaan Hidup Tanpa Listrik di Minus 13 C

Tindakan tersebut dianggap dapat menimbulkan perpecahan yang lebih luas. Maka sudah jelas ada penentangan dari komunitas Muslim di Swiss.

Rifa’at Lenzin, seorang muslimah Swiss mengatakan ia adalah salah satu yang menentang larangan penggunaan Niqab. Ia merasa tidak ada masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan niqab sehingga peraturan tersebut tidak menyelesaikan apapun.

Lenzin menganggap perubahan konstitusi untuk melarang orang mengenakan sesuatu adalah ide yang sangat buruk.

Baca Juga: Lewat Tular Nalar, Mafindo Ajak 100 Guru BK Berpikir Kritis, Waspadai Sampah Informasi Digital

”Ini Swiss, bukan Arab Saudi. Kami Muslim, tapi kami warga Swiss yang tumbuh di sini. Pemungutan suara ini sangat rasialis dan islamofobis,” pungkasnya.*** 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: Dailysabah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x