KABAR WONOSOBO – Pemandangan laut Marmara Turki tampak berbeda dilihat dari atas udara dengan pesona biru laut yang diselimuti semacam pasir hisap.
Sudah enam bulan ini laut Marmara tertutup oleh lapisan lendir tebal seperti agar-agar dan semakin meningkat akibat pemanasan global.
Pencemaran berupa lendir laut atau sea snot itu menjadi ancaman bagi industri perikanan serta pariwisata Turki yang sudah terdampak Covid-19.
Baca Juga: Di Ambang Kematian, Wanita Hamil Asal Turki Akhirnya Selamat dari Komplikasi COVID-19 dan Flu Babi
Dilansir Kabar Wonosobo dari The Guardian, Gloopy atau zat mirip lendir yang menutupi laut Marmara sebelumnya belum pernah tercatat di perairan Turki hingga tahun 2007.
Zat tersebut muncul di permukaan akibat dari suhu panas yang berkepanjangan dan suhu laut serta nutrisi yang melimpah di dalam air.
Nutrisi tersebut sangat bagus untuk pertumbuhan fitoplankton dengan menyerap nitrogen dan fosfor yang tersedia di air laut.
Dalam jumlah yang sedikit, fitoplankton akan hidup mengapung di permukaan air dengan menghirup oksigen ke lautan.