Pejabat Afrika Selatan merujuk pada dua studi penelitian uji coba vaksin HIV menggunakan Adenovirus Tipe 5 yang gagal, di mana dalam penelitian tersebut menemukan pria yang divaksinasi malah memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi HIV.
Meski vaksin Sputnik V membuktikan keamanan vaksin di negara dengan tingkat HIV yang tinggi itu, tetapi otoritas tetap tidak dapat memenuhi permintaan dari pabrikan vaksin tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Julian Tang seorang ahli virus di Universitas Leicester Inggris bingung dengan keputusan Afrika Selatan untuk menolak Sputnik V.
“Ini adalah hubungan yang aneh untuk dibuat, bukan vektor virus tertentu di Sputnik V yang dapat menyebabkan HIV. Jadi, Anda tidak bisa menyalahkannya begitu saja,” kata Tang.
Tang menambahkan bahwa vaksin yang dibuat oleh AstraZeneca juga menggunakan Adenovirus tertentu dan telah disetujui oleh Afrika Selatan.
Baca Juga: Mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma Dinyatakan Bebas Bersyarat karena Alasan Kesehatan
Sementara di Rusia sendiri, keraguan penggunaan vaksin ini juga meluas di masyarakat di mana pihak pemerintah telah berjuang untuk meyakinkan penduduknya tetap melakukan vaksinasi karena ketersediaan dari Sputnik V.
Sputnik V saat ini juga sedang dipertimbangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Obat Eropa.
Vaksin ini telah mendapat lampu hijau lebih di 70 negara dan hingga saat ini tidak ada masalah keamanan yang signifikan.***