Dilarang FIFA, Gas Air Mata Disinyalir Perburuk Kerusuhan Stadion Kanjuruhan

- 3 Oktober 2022, 08:57 WIB
Potret kejadian kerusuhan pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan di antara Arema FC VS Persebaya yang terjadi 1 Oktober 2022, disebut diperparah dengan tembakan gas air mata.
Potret kejadian kerusuhan pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan di antara Arema FC VS Persebaya yang terjadi 1 Oktober 2022, disebut diperparah dengan tembakan gas air mata. /ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO

KABAR WONOSOBO -Dilarang dalam regulasi keselamatan dan keamanan FIFA, gas air mata ditembakkan dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang. 

Tragedi yang terjadi pada 1 Oktober 2022 tersebut terjadi setelah Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya dalam laga BRI Liga 1 dengan skor akhir 2-3. 

Tak terima timnya kalah, Aremania merangsek masuk ke lapangan sebelum lantas tim keamanan menembakkan gas air mata. 

Baca Juga: Korban Meninggal Dunia Tragedi Kanjuruhan Sempat Disebut Capai Angka 174 Jiwa, Laporan Terbaru Direvisi

Namun, tembakan tersebut juga terarah ke tribun penonton hingga menyebabkan kericuhan massal yang tidak terelakan. 

Penggunaan gas air mata sendiri dilarang dalam regulasi keamanan dan keselamatan yang ditetapnya oleh FIFA, induk sepak bola dunia. 

FIFA sendiri telah melarang penggunaan gas air mata di dalam stadion seperti yang digunakan oleh tim keamanan dalam kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober 2022 lalu.

Baca Juga: Kisah Saksi Mata Tragedi Kanjuruhan: Ngeri, apalagi Lihat Tangisan Perempuan dan Anak-Anak

Hal tersebut telah dicantumkan oleh FIFA dalam Regulasi Keamanan dan Keselamatan Stadion.

Tepatnya di peraturan nomor 19 poin b yang berbunyi, "No firearms or "crowd control gas" shall be carried or used (tidak ada senjata api atau "gas pengendami massa" yang boleh dibawa atau digunakan."

Namun diketahui dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang yang terjadi dalam laga BRI Liga 1 di antara Arema FC VS Persebaya, tim keamanan menembakkan gas air mata yang disebut jadi pemicu kepanikan massal.

Baca Juga: Usut Pidana hingga Desakkan Cabut Izin Liga 1 Muncul usai Tragedi Stadion Kanjuruhan

Dilansir oleh Kabar Wonosobo melalui laman The Guardian, pengguaan gas air mata oleh polisi "demi" atasi kericuhan tersebut menerima banyak kritik. 

Salah satu kritik juga berasal dari coach Javier Roca yang merupakan pelatih Arema FC pada Minggu, 2 Oktober 2022. 

"Saya pikir polisi sudah melewati batas, meskipun saya tidak berada di sana dan tidak langsung merasakan yang terjadi," ujar pelatih asal Chili tersebut. 

Baca Juga: Sebelum Tragedi Stadion Kanjuruhan Polisi Telah Surati Panpel Arema FC, Begini Isinya...

Sementara itu, Kapolda Jawa Timur, Nico Afinta, menyatakan hal lain mengenai penggunaan gas air mata. 

"Kami telah menggunakan cara lain untuk meredam kerusuhan sebelum akhirnya menembakkan gas air mata setelah (penggemar) mulai menyerang polisi, bertindak anarkhis dan membakar kendaraan," ungkap Nico Afinta. 

Tragedi Kanjuruhan sendiri merupakan salah satu catatan kelam dunia sepak bola Indonesia, maupun di seluruh dunia. 

Baca Juga: Bukan 127 Orang, Korban Tragedi Arema FC VS Persebaya di Kanjuruhan Bertambah

Tak hanya karena jumlah korban meninggal dunia maupun terluka-luka yang capai ratusan jiwa. 

Masih dari laman serupa, beberapa penyintas tragedi Arema FC VS Persebaya menjelaskan kepanikan yang terjadi begitu gas air mata ditembakkan. 

"Petugas menembakkan gas air mata, dan otomatis semua orang berdesakan untuk keluar, saling mendorong dan menyebabkan banyak korban," ujar salah seorang penyintas bernama Doni seperti dilansir tim Kabar Wonosobo melalui laman The Guardian. ***

 

Editor: Khaerul Amanah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x