Yang mana jumlah Keluarga beresiko stunting di Wonosobo Timur sebanyak 549 kepala keluarga, Wonosobo Barat 792 Kepala Keluarga, dan Jaraksari 1934 Kepala Keluarga. Sementara Sasaran keluarga beresiko stunting yaitu baduta (bawah dua tahun), balita (bawah lima tahun), Ibu hamil dan catin (calon pengantin) atau PUS (Pasangan Usia Subur).
Dyah mengaskan pihaknya akan terus melakukan evaluasi, kroscek, verifikasi dan validasi mengenai angka stunting di Wonosobo ini.
Wonosobo sendiri memiliki sebanyak 2034 orang TPK Begerak. Pada setiap desa, DPPKBPP-PA menyiapkan 2 Tim TPK. Dimana tiap tim terdiri dari 3 orang, yakni bidan/nakes, tim PKK dan kader KB.
Kehadiran TPK bergerak merupakan terobosan baru dalam menurunkan angka stunting maupun kematian ibu dan anak yang ada di provinsi Jawa Tengah khususnya Kabupaten Wonosobo.
Sinergi Tim percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pemkab Wonosobo melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Anak (DPPKBPPPA) kabupaten Wonosobo.
Kegiatan apel siaga tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat kepada para pendamping keluarga dalam mendampingi keluarga untuk menangani stunting. Acara yang berpusat di alun-alun Subang Jawa Barat tersebut, sekaligus juga sebagai momentum Kick off verifikasi dan validasi data keluarga yang berisiko stunting berdasarkan data 2021.
Sementara Kepala BKKBN Dr Hasto Wardoyo menegaskan salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting.
“Upaya ini dimaksudkan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global,” tegasnya.***