Maka dari itu untuk mendapat ketangkasan, para prajurit harus berlatih dan dibuatlah tumpukan batu sebagai sarana pelatihan.
Dengan begitu para prajurit akan lebih mudah melewati benteng-benteng tinggi dari para musuh saat peperangan.
Baca Juga: Tradisi Suku Kreung Kamboja dengan Nam Am Berk, Membuah Gubuk Cinta untuk Proses Perjodohan
Meskipun saat ini Fahombo dilakukan bukan untuk tujuan peperangan, tradisi ini masih melekat di dalam masyarakat Nias.
Tradisi lompat batu Nias kini menjadi semacam ritual untuk menunjukkan kedewasaan bagi para pemuda-pemuda di sana.
Batu setinggi dua meter dengan ketebalan 40 hingga 60 sentimeter harus dilompati oleh semua pemuda Nias yang sudah dianggap dewasa.
Meski begitu, pada faktanya untuk bisa melompati batu setinggi dua meter bukanlah hal yang mudah.
Para pemuda perlu latihan keras dan waktu yang cukup lama agar Fahombo bisa berjalan lancar tanpa adanya cedera.
Tanpa ancang-ancang yang terlalu jauh, para pemuda akan berlari kencang menginjakkan kaki pada tumpuan batu kecil.