Tradisi Fahombo Ada di Uang Kertas Seribuan Jadul, Lompat Batu Nias Ternyata Digunakan saat Peperangan

- 23 Juni 2021, 11:28 WIB
Tradisi lompat batu Fahombo asal Nias yang ternyata digunakan saat berperang.
Tradisi lompat batu Fahombo asal Nias yang ternyata digunakan saat berperang. /traverse.id

 

 

KABAR WONOSOBO – Selain menjadi surga bagi para peselancar dengan keindahan lautnya, Pulau Nias adalah salah satu tempat dengan sejarah megalitikum yang masih bisa ditemukan di Indonesia.

Salah satu atraksi sejarah yang paling populer di pulau Nias adalah lompat batu yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan istilah Fahombo.

Tradisi ini dibilang unik karena dilakukan oleh seorang prajurit Nias dengan cara melompati batu dengan ketinggian dua meter.

Fahombo pertama kali muncul karena seringnya terjadi peperangan antar suku di Wilayah Nias kala itu.

Baca Juga: Mamose, Tradisi Ekstrem Menebas Tubuh dengan Parang ala Masyarakat Adat Budong-budong di Sulawesi Barat

Setiap wilayah di Pulau Nias memiliki benteng masing-masing dengan ukuran yang cukup tinggi.

Setiap pasukan yang sedang berada dalam peperangan dipaksa harus bisa untuk melompati benteng-benteng tersebut.

Maka dari itu untuk mendapat ketangkasan, para prajurit harus berlatih dan dibuatlah tumpukan batu sebagai sarana pelatihan.

Dengan begitu para prajurit akan lebih mudah melewati benteng-benteng tinggi dari para musuh saat peperangan.

Baca Juga: Tradisi Suku Kreung Kamboja dengan Nam Am Berk, Membuah Gubuk Cinta untuk Proses Perjodohan

Meskipun saat ini Fahombo dilakukan bukan untuk tujuan peperangan, tradisi ini masih melekat di dalam masyarakat Nias.

Tradisi lompat batu Nias kini menjadi semacam ritual untuk menunjukkan kedewasaan bagi para pemuda-pemuda di sana.

Batu setinggi dua meter dengan ketebalan 40 hingga 60 sentimeter harus dilompati oleh semua pemuda Nias yang sudah dianggap dewasa.

Meski begitu, pada faktanya untuk bisa melompati batu setinggi dua meter bukanlah hal yang mudah.

 Baca Juga: Warga Delen Temanggung Gelar Tradisi Angsung Puja Bakti Dewi Sri, Jaga Mata Air dan Ungkapan Rasa Syukur

Para pemuda perlu latihan keras dan waktu yang cukup lama agar Fahombo bisa berjalan lancar tanpa adanya cedera.

Tanpa ancang-ancang yang terlalu jauh, para pemuda akan berlari kencang menginjakkan kaki pada tumpuan batu kecil.

Kemudian tubuhnya akan melompat dan melayang di udara melampaui batu besar setinggi dua meter dan mendarat.

Selain latihan yang rutin, diperlukan juga teknik khusus untuk melakukan tradisi lompat batu ini.

Baca Juga: Melihat Tradisi Sadranan Jumat Legi di Pasar Parakan, Kirab Tumpeng Pedagang dan Doa Bersama

Untuk dapat berhasil melompati susunan batu, para pemuda harus berlatih keras sejak berusia 6 tahun.

Selain menjadi tradisi setempat, lompat batu Nias ini juga bisa menjadi pertunjukkan yang menarik terutama untuk para wisatawan yang tertarik untuk melihat budaya satu ini.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: pariwisataindonesia.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah