Ritual ini juga biasa dilengkapi dengan tarian rakyat yang membuat upacara tradisional ini semakin meriah.
Masyarakat percaya bahwa gerhana matahari merupakan perkawinan alam antara matahari dan bulan yang dihadirkan dalam sebuah simbol Nyawiji.
Ritual ini bergerak dari awal ketakutan masyarakat Jawa dulu di Surakarta, yang menganggap adanya gerhana matahari merupakan pertanda keburukan dan awal dari bencana.
Oleh karena itu, pada saat dulu, ritual kebudayaan ini awalnya diadakan dengan rasa takut karena tidak ingin ada bencana di tempat itu.
Namun sekarang, ritual Kalahayu menjadi gerakan kebudayaan yang menjadi suatu ritual yang menyenangkan karena saat itu, Bumi, Bulan dan Matahari berada di satu garis yang sejajar.
Baca Juga: Tradisi Suku Kreung Kamboja dengan Nam Am Berk, Membuah Gubuk Cinta untuk Proses Perjodohan
Dengan adanya ritual ini, masyarakat Surakarta berharap adanya berkah bagi masyarakat dengan tambahan ritual syukuran terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Menilik kejadian di masa silam, fenomena gerhana matahari sering ditafsirkan dalam berbagai mitos yang dikaitkan dengan kehidupan umat manusia.
Di dalam masyarakat Jawa, fenomena gerhana matahari diimajinasikan sebagai perbuatan Batara Kala atau Dewa Waktu yang hendak memakan matahari.