Warga Solo Sambut Fenomena Gerhana Matahari dengan Ritual Kalahayu untuk Tolak Bala Bencana Alam di Surakarta

- 25 Juli 2021, 21:23 WIB
Upacara tradisional Kalahayu untuk menyambut peristiwa gerhana matahari, tradisi tersebut dipercaya dapat menolak bala dan bencana alam
Upacara tradisional Kalahayu untuk menyambut peristiwa gerhana matahari, tradisi tersebut dipercaya dapat menolak bala dan bencana alam //bentarabudaya.com/

KABAR WONOSOBO – Salah satu perayaan budaya di Indonesia untuk menyambut gerhana matahari dilakukan oleh masyarakat Surakarta dalam budaya Kalahayu.

Kalahayu merupakan ritual kirab yang biasa dilakukan oleh masyarakat Surakarta untuk menyambut gerhana.

Benda yang dibawa saat kirab Kalahayu adalah sajian hasil bumi seperti buah, kacang, padi, pala, kependhem, rempah-rempah dan lainnya.

Baca Juga: Budaya Karapan Sapi asal Madura, Jawa Timur Menjadi Ajang Pertaruhan Diri bagi Sang Sapi

Sajian dari hasil bumi tersebut dibentuk menyusun ke atas seperti gunungan untuk kemudian diarak.

Masyarakat yang mempunyai tugas dalam membawa saji ini biasanya menggunakan kostum zaman kuno layaknya empu.

Setelah sesajen itu diarak, kemudian ritual dilanjutkan dengan digelarnya adeng-adeng dimana semua masyarakat berkumpul dalam suatu halaman kemudian membuat suara dengan lesung atau kentongan.

Baca Juga: Ini Sejarah April Mop dan Serunya Tradisi Merayakan Keusilan di Berbagai Negara

Suara itu sengaja dibuat untuk membuat keributan yang biasa masyarakat Jawa menyebutnya dengan klothekan.

Ritual ini juga biasa dilengkapi dengan tarian rakyat yang membuat upacara tradisional ini semakin meriah.

Masyarakat percaya bahwa gerhana matahari merupakan perkawinan alam antara matahari dan bulan yang dihadirkan dalam sebuah simbol Nyawiji.

Baca Juga: Tradisi Fahombo Ada di Uang Kertas Seribuan Jadul, Lompat Batu Nias Ternyata Digunakan saat Peperangan

Ritual ini bergerak dari awal ketakutan masyarakat Jawa dulu di Surakarta, yang menganggap adanya gerhana matahari merupakan pertanda keburukan dan awal dari bencana.

Oleh karena itu, pada saat dulu, ritual kebudayaan ini awalnya diadakan dengan rasa takut karena tidak ingin ada bencana di tempat itu.

Namun sekarang, ritual Kalahayu menjadi gerakan kebudayaan yang menjadi suatu ritual yang menyenangkan karena saat itu, Bumi, Bulan dan Matahari berada di satu garis yang sejajar.

Baca Juga: Tradisi Suku Kreung Kamboja dengan Nam Am Berk, Membuah Gubuk Cinta untuk Proses Perjodohan

Dengan adanya ritual ini, masyarakat Surakarta berharap adanya berkah bagi masyarakat dengan tambahan ritual syukuran terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Menilik kejadian di masa silam, fenomena gerhana matahari sering ditafsirkan dalam berbagai mitos yang dikaitkan dengan kehidupan umat manusia.

Di dalam masyarakat Jawa, fenomena gerhana matahari diimajinasikan sebagai perbuatan Batara Kala atau Dewa Waktu yang hendak memakan matahari.

Baca Juga: Djujor, Budaya Pernikahan Unik di Lampung yang Dilakukan dengan Cara Menculik Gadis yang Ingin Dinikahi

Persepsi seperti ini terus berkembang dalam berbagai upacara budaya dalam rangka menyambut gerhana matahari***

 

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: Inibaru.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah