Sebanyak 1.428 Ekor Lumba-Lumba Telah Dibantai dalam Tradisi Perburuan Paus di Kepulauan Faroe, Denmark

- 25 September 2021, 10:46 WIB
Keadaan pantai setelah tradisi perburuan Grindadrap di Kepulauan Faroe, Denmark
Keadaan pantai setelah tradisi perburuan Grindadrap di Kepulauan Faroe, Denmark /www.theguardian.com

KABAR WONOSOBO – Sebanyak 1.428 ekor lumba-lumba di Kepulauan Faroe, Denmark telah dibantai habis oleh masyarakat lokal.

Pembantaian itu terjadi sebagai bagian dari tradisi perburuan “Grindadrap” oleh penduduk Kepulauan Faroe.

Tradisi berburu itu dilakukan dengan menggiring lumba-lumba dari tengah laut ke daratan menggunakan perahu sebelum kemudian dibunuh oleh para pemburu di pantai.

 Baca Juga: Tradisi Fahombo Ada di Uang Kertas Seribuan Jadul, Lompat Batu Nias Ternyata Digunakan saat Peperangan

Tradisi perburuan itu dilakukan selama akhir pekan dengan pemburu paus lokal yang menargetkan sekelompok besar lumba-lumba jenis sisi putih atau juga dikenal dengan lumba-lumba pilot.

Kepulauan Faroe yang merupakan daerah otonom Denmark adalah satu-satunya wilayah di Eropa yang masih mengizinkan perburuan mamalia laut tersebut.

Alasannya yakni Grindadrap masih dianggap sebagai contoh perburuan tradisional lumba-lumba.

 Baca Juga: Tradisi Suku Kreung Kamboja dengan Nam Am Berk, Membuah Gubuk Cinta untuk Proses Perjodohan

Selama Grindadrap, para pemburu paus melibatkan hewan dalam jarak dekat dengan membantai hewan-hewan laut itu menggunakan tombak, berbagai macam pisau, dan bahkan alat-alat listrik.

Muncul banyak perdebatan terkait tradisi yang dianggap sebagai kekerasan terhadap binatang ini, aktivis hak-hak binatang juga mengecam tindakan ini.

Sea Shepherd sebagai organisasi konservasi laut menyebut acara tersebut sebagai perburuan tunggal terbesar lumba-lumba sisi putih dalam sejarah di Kepulauan Faroe.

Baca Juga: Memahami Makna Gugur Gunung, Tradisi Gotong Royong dalam Adat Masyarakat Suku Jawa

Perburuan terbesar kedua terjadi pada tahun 1940-an  ketika lumba-lumba jenis yang sama dibantai.

“Ini mungkin perburuan cetacea terbesar yang pernah tercatat di seluruh dunia,” kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan setelah mengunggah video terkait pembantaian tersebut.

Dalam video itu menunjukkan ribuan mayat lumba-lumba berbaris di sepanjang pantai setelah perburuan.

Baca Juga: Keanehan Tabrakan di Utah Bikin Kewalahan Polisi, Pengemudi 9 tahun Ingin Renang dengan Lumba-lumba

Tampak air laut berwarna kemerahan akibat dari darah yang mengalir dari para lumba-lumba yang telah dibunuh.

Banyak lumba-lumba yang telah mati mempunyai luka-luka menganga yang besar yang diduga dari tusukan para pemburu.

Hingga Senin, 13 September 2021 malam waktu setempat, mayat lumba-lumba telah dikumpulkan dan ditumpuk dalam gundukan besar di pantai sebelum diangkut ke pabrik pengolahan atau dibuang.

Baca Juga: Filosofi dan Makna Dibalik Acara Adat Tedak Siten Bagi Bayi Tujuh Bulan dalam Tradisi Masyarakat Jawa

Atas tradisi ini, Sea Shepherd menganjurkan larangan global terhadap praktik perburuan lumba-lumba dan paus secara brutal.

Mereka mendesak Uni Eropa serta pihak berwenang Denmark untuk membuat wilayah otonom itu menghentikan praktik kejamnya.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: EuroNews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x