Sinopsis Tabula Rasa: Novel Karya Ratih Kumala yang Bahas LGBT

15 Mei 2022, 09:00 WIB
Ratih Kumala munculkan tokoh seorang Lesbian yang gerakkan cerita dan bahas kehidupan cinta karakter LGBT lewat novel Tabula Rasa. /Instagram/@gadiskretek

KABAR WONOSOBO― Ratih Kumala rilis novel berjudul Tabula Rasa yang bahas isu seputar LGBT pada awal Januari 2004 lalu.

Tabula Rasa ceritakan kisah cinta Raras, seorang Lesbian yang ditinggal mati wanita yang ia cintai bernama Violet, sebelum lantas bertemu dengan Galih.

Tidak hanya kisah cinta Galih dan Raras, serta campur tangan Violet saja yang dibahas, Tabula Rasa gambarkan hal lain.

Ratih Kumala membangun karakter Raras yang kompleks, terutama dengan ‘identitas’-nya yang sering tidak diterima masyarakat melalui sesuatu yang pelik.

Tak hanya mengenai Raras, Galih, dan Violet, Tabula Rasa juga menyentil tentang keluarga, pelecehan seksual, dan isu sosial lainnya.

 Baca Juga: Eka Kurniawan Gambarkan Tuntutan Maskulinitas Lelaki dalam Novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas

LGBT yang dibahas oleh Ratih Kumala dalam Tabula Rasa

Raras menjadi karakter utama dalam novel Tabula Rasa yang ditulis oleh Ratih Kumala, terbit pada tahun 2004.

‘Perubahan’ Raras bukan tanpa sebab lantaran ia merupakan seorang korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang terdekat.

Saudara kembar Raras, Rimbang, bahkan sampai meninggal karena tragedi tersebut.

Ratih Kumala mencoba membawa ‘behind the scene’ di balik perubahan orientasi seksual Raras.

Melalui Tabula Rasa pula digambarkan bagaimana upaya Raras untuk menunjukkan cintanya kepada Violet, yang sayang sekali meninggal karena overdosis.

Kematian Rimbang kemudian Violet merupakan dua dari sekian kejadian yang membuat karakter Raras berubah.

Selain pertemuannya dengan Galih, pria yang ditinggal mati kekasihnya, Krasnaya.

 Baca Juga: Ulasan Buku Save The Cat Jessica Brody yang Jadi Panduan Terakhir Penulis sebelum Menulis Novel

Pilihan Galih dan Raras akan hidup

Kematian Krasnaya, kekasih Galih yang berasal dari Rusia membuat karakter pria dalam novel Tabula Rasa ini seperti ‘kosong.’

Bahkan setelah pertemuannya dengan Raras yang lantas mengantarkan Galih pada petualangan cinta yang baru.

Raras dan Galih sendiri hampir memiliki bayi sebelum lantas keduanya sama-sama memilih melanjutkan hidup masing-masing.

Apa yang terjadi pada Galih yang tidak dapat ‘move on’ dari Krasnaya dan mencoba ‘mengalihkannya’ pada Raras digambarkan Ratih Kumala dengan apik.

Perubahan perlahan Galih, dari masa denial setelah kehilangan orang terkasih, mencoba untuk melepaskan, hingga menjalin hubungan dengan orang baru.

Upaya yang dilakukan Galih dan masuk dalam bagian ‘sembuh dari luka masa lalu’ diakhiri oleh Tabula Rasa dengan cukup realistis.

Selain Galih, Raras yang lagi-lagi kehilangan, bayinya dengan Galih, tetap memilih untuk melanjutkan hidup seperti dirinya yang asli.

Ratih Kumala memberikan gambaran hubungan yang cukup realistis dari dua orang yang ‘mencoba’ sembuh dari masa lalu.

 Melalui dirinya yang seorang Lesbian, satu dari bagian LGBT yang dianggap 'tidak pantas di masyarakat.'

Apa yang kemudian diakhiri oleh Ratih Kumala untuk karakter Raras merupakan sebuah pilihan hidup bagi. 

Lebih lanjut, hubungan realistis Galih dan Raras di akhir Tabula Rasa merupakan salah satu keputusan hidup yang tak semua orang berani memilih. 

Baca Juga: Sinopsis Novel Amba Karangan Laksmi Pamuntjak Sajikan Roman hingga Nilai Moralitas dan Sejarah Bangsa

Kutipan Tabula Rasa dari Ratih Kumala yang menggunggah

Tabula Rasa yang ditulis Ratih Kumala memiliki beberapa kutipan menggugah, entah dari narasi Galih dan Raras.

Maupun dialog yang diucapkan oleh para tokoh Tabula Rasa.

Berikut adalah beberapa kutipan dari novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala yang telah dirangkum tim Kabar Wonosobo:

  • Ternyata, berapapun umur manusia atau makhluk apa pun, kematian adalah pantas untuk semua.
  • Face my fear. Aku ingin menyangkal, tapi tidak bisa. Ternyata memang ada yang kutakuti. Maka aku diam saja.
  • Tidak ada hubungan cinta atau asrama mana pun yang bisa memberi jaminan apa pun.
  • Waktu memang selalu membawa manusia kepada gerbang paling menakutkan. Kerentaan. Sebuah ketidakabadian umum yang menjadi rahasia Tuhan karena siklusnya selalu berputar seperti kincir air pada dam, sumber yang terinjak justru menghasilkan energi.
  • Waktu adalah musuh masa dan menjadi teman terbaik sekaligus. Ketidakabadian yang abadi. Karenanya orang-orang takut sendiri. Waktu adalah gambaran kerentaan bumi seperti pemintal yang menyebalkan benangnya lalu menggulung dan menjalin apda tiap lembarannya.
  • Jalanku memang berbeda, tapi jangan khawatirkan aku, apalagi menangisi lukaku. Sebab aku telah belajar berdiri pasti dan kelak aku akan terbang tinggi.***
Editor: Khaerul Amanah

Sumber: Novel "Tabula Rasa"

Tags

Terkini

Terpopuler