Kahlil Gibran menyorot Lebanon di masa ia muda, sekitar berusia awal 20-an, dengan memberikan gambaran politik yang terjadi.
Termasuk peran tokoh keagamaan, yaitu karakter Uskup, yang lantas membuatnya harus berpisah dengan Selma Alkaramy.
Tak hanya itu, Kahlil Gibran dengan cerdas menggambarkan tokoh agama yang memakai atribut 'mengayomi masyarakat' meski aslinya tidak.
Baca Juga: Sinopsis Tabula Rasa: Novel Karya Ratih Kumala yang Bahas LGBT
Sayap-Sayap Patah juga dengan terang membahas mengenai ketimpangan gender melalui tokoh Selma Karamy.
Kahlil Gibran menulis sindiran keras mengenai ketimpangan atas perempuan yang masih berlaku:
"Perempuan dipandang sebagai barang dagangan, dibeli dan diserahkan dari satu rumah ke rumah lain. Dan, ketika kecantikannya memudar, ia menjadi seperti alat rumah tangga tua yang ditinggalkan di sudut yang gelap."
Dipenuhi dengan syair cinta romantis khas Kahlil Gibran