Prancis Berlakukan Lockdown Nasional Ketiga dan Tutup Semua Sekolah, Persebaran Covid-19 Meningkat

2 April 2021, 01:10 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron dari Tangkapan layar Youtube The Telegraph. /Youtube.com/ The Telegraph

 

KABAR WONOSOBO - Presiden Prancis, Emmanuel Macron telah mengumumkan penutupan sekolah selama tiga minggu dan larangan perjalanan domestik selama sebulan sebagai upaya memerangi penyebaran virus corona.

Dalam pidato yang disiarkan melalui televisi pada Rabu 31 Maret 2021 malam waktu setempat, Macron mengatakan upaya lockdown diperlukan saat epidemi semakin cepat menyebar.

"Kami akan kehilangan kendali jika tidak bergerak sekarang," kata Presiden Prancis itu.

Baca Juga: Larangan Bepergian Bagi ASN Pemkab Wonosobo Berlaku 1 sampai 4 April 2021

Prancis juga dikatakan Emmanuel Macron akan menutup taman kanak-kanak, sekolah dasar dan sekolah menengah selama tiga minggu.

Selain itu, Kabar Wonosobo melansir Al Jazeera bahwa jam malam nasional pukul 7 malam-6 pagi akan tetap diberlakukan.

Langkah ini berkebalikan dengan kebijakan pemerintah dalam beberapa bulan terakhir yang berfokus pada pembatasan regional.

Baca Juga: Timor Leste Berlakukan Lockdown Dili 8 hingga 15 Maret, Khawatir Tertular Covid-19 dari Indonesia

Macron telah berusaha untuk menghindari lockdown skala besar ketiga sejak awal tahun.

Macron sebelumnya menjanjikan bahwa jika dia bisa mengarahkan Prancis keluar dari pandemi tanpa me-lockdown negara lagi, maka dia akan memberi kesempatan untuk memulihkan perekonomian yang tahun lalu sempat merosot.

Tetapi opsi mantan bankir investasi itu menyempit karena jenis virus korona yang kemampuan menularnya lebih cepat melanda Prancis dan sebagian besar Eropa.

Baca Juga: Wanita Berusia 106 Tahun ini Lalui Tidak Hanya Satu, tapi Dua Pandemi Selama Hidupnya

Rabu 31 Maret 2021 lalu, Walikota Paris, Anne Hidalgo mengatakan bahwa keputusan yang tepat dan memang sudah waktunya untuk menutup sekolah.

bahkan di seluruh negara untuk membatasi kontak sosial dan menghentikan penyebaran penyakit.

Anne mencatat, sudah ada 20.000 anak di kota Paris yang tidak bisa masuk sekolah karena sakit atau karena kelas mereka diliburkan karena wabah virus corona.

Baca Juga: Australia Minta 1 Juta Vaksin untuk Papua Nugini Lewat Uni Eropa, Canberra dan Brussels Masih Bersitegang

Beberapa bagian negara telah diisolasi ketat selama berminggu-minggu, tetapi virus terus menyebar.

Sejak pandemi dimulai, Prancis mencatat sekitar 95.000 kematian akibat COVID-19.

Kasus baru setiap harinya telah berlipat ganda menjadi hampir 40.000 sejak Februari 2021.

Baca Juga: Papua Nugini Kewalahan Hadapi Pandemi Covid-19, Australia Upayakan Bantuan Internasional

Jumlah pasien COVID-19 yang masih dalam perawatan intensif telah menembus 5.000, melebihi angka yang dicapai saat lockdown selama enam minggu akhir tahun lalu.

Rumah sakit mulai melaporkan bahwa mereka mencapai batas kapasitas, dan meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan seperti saat Eropa pertama kali dilanda pandemi tahun lalu.

Kebijakan pembatasan baru berisiko memperlambat laju pemulihan ekonomi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di zona Euro itu.

Baca Juga: Hubungan Diplomatik AS – Rusia Terancam Retak, Putin Tawarkan Diskusi Langsung Soal Tuduhan Joe Biden

Macron mengatakan peluncuran vaksin perlu dipercepat karena sejauh ini hanya 12 persen dari populasi Prancis yang diinokulasi.

Parlemen Prancis Kamis 1 April 2021 akan membahas situasi virus dan langkah-langkah baru untuk mengurangi penyebaran COVID-19.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler